tiba-tiba ribuan arwah menarikku ke Kalibata "lihatlah!" serunya. aku tak tau siapa yang kubaca selain hamparan tanah penuh bunga dari pelayat. bunga semerbak. langit biru pucat dari mata bibir mereka yang usang. batu makam bergoncang "tiada, tiada, tiada!" kami tercecer di sini. 2021
Latest posts by Indra Intisa (see all)
- Lima Sajak Tentang Rumah, Waktu, dan Kenangan yang Pelan-Pelan Menjauh - 9 Agustus 2025
- Tangisan Sungai, Sumpah Plastik: Membaca Safri Naldi lewat Ekokritik dan Marxisme - 20 Mei 2025
- Kesunyian Literasi - 15 Mei 2025