Rumah

Rumah

Rumahku dari unggun timbun sajak
(Chairil Anwar)


Muasal. Dari garba ruang tengah bermula
pengembaraan janin, perjalanan batin,
riwayat turun-temurun lewat asap dupa
yang meliuk bertahun-tahun. Dari tongkat
kakek buyut, dari jampi jerami yang dirajut.
Tikar pandan di kamar depan menidurkan
dongeng ayah-ibu. Nyala dian mengecil:
ada noktah arang pada sumbu.

Halaman. Tawa riang anak-anak, reriung
nyanyian katak, atau serak suara gagak
di dahan kelapa. Musim selalu menyapa.
Ingat menyapu daun-daun jambu. Buah sawo
atau manggis menjelang matang, berebut
memanjat. Di antara batang-batang lamtara
merapat, pohon tekik tinggi menjulang:
hari hampir siang.

Pagar. Dinding pembatas itu selalu ragu:
bisakah mencegah, ketika usia beranjak
dewasa? Kuda-kudaan dari batang daun pisang itu
ternyata telah jauh berpacu. Setelah melewati
gerbang kota, siapa berani? Mengekang kuda
sembrani, terbang ke angkasa menembus awan
dan angan-angan. Dingin, sayap-sayap angin.
Mengerjapkan warna yang lemah, hari yang
lelah. Senja.

Kebun. Pohon-pohon (jika ruang remang)
tak berhenti memohon. Kapankah melimpah
buah berkah? Ranting-ranting hening, dedaunan
merunduk, khusyuk. Semerbak bunga pudak,
kerlip merjan terselip di rumpun pandan, renung
kecubung seperti karang menghias palung.
Betapa, taman ini menumbuhkan pesona baka
dan rasa abadi, seperti suara nabi atau muara
kitab suci.

Effendi Kadarisman
Latest posts by Effendi Kadarisman (see all)

1 Comment

  1. Nur Hidayati

    Subhanallah…
    Indah sekali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *