pegangan bus seperti batang es
di genggaman lelaki itu,
ia berdiri, terayun ke kanan ke kiri
jarinya bermain dengan hatihati,
meraba dompet pemuda yang sibuk
menggulung mimpi di layar ponsel
ia teringat anaknya yang kerap
bernyanyi ambilkan bulan,
dan pada satu waktu
anaknya berkata “pak, terkadang
bulan seperti piring kosong di meja makan.”
lelaki itu tersenyum getir, menggigit ujung
lidahnya agar tak menjawab apaapa.
penumpang bus seperti patung museum,
mata mereka kosong,
telinga mereka tuli pada derit dunia.
dompet berpindah tangan,
ia merasa jantungnya berdetak
lebih cepat daripada roda bus
yang berlaga dengan aspal.
ia turun, meninggalkan
bus melaju ke utara,
dibawanya dompet itu
dan rasa malu
yang terus tumbuh
di punggungnya.
di bawah sorot lampu
ia buka dompet—
terpampang senyum
bocah seusia anaknya
dipandanginya foto itu lama,
seolah mencari wajahnya sendiri
dalam hidup yang terus ia curi.
Lampung, 2025
- Memandangi Lukisan Goya - 27 September 2025
- Pencopet - 27 September 2025
- Selepas Pesta Miras - 29 Maret 2025