Yuzet yang kesal karena ga bisa ikut lomba puisi di sebuah grup yang dikelola Ompi, akhirnya nginbox.
“Sebenarnya gimana aturan lomba ini, Ompi?”
“Itu ada saya tulis di beranda grup. Udah tak pin,” Ompi jawab dengan senyum gemilang yang tidak akan pernah mampu dilihat oleh Yuzet dari Hp canggihnya di masa itu.
“Sebutin aja. Saya malas bacanya.”
Ompi yang baik hati, akhirnya menjelaskan juga.
“Begitu, Zet.”
“Itu saya tahu. Tapi kapan sebenarnya batas akhir lomba ini?”
“22 September 2015, Zet.”
“Masih ada waktu, kan?”
4 tahun kemudian, Ompi iseng buka inbox (messenger) Fb. Mendapati ada pesan yang belum dibalas, Ompi akhirnya balas juga.
“Waktunya udah lewat, Zet. Itu untuk tahun 2015 kemaren.”
Beberapa menit kemudian.
“Adeh, balasanya baru sekarang. Ompi beneran jadi panitianya, ga, sih? Kok balasnya begitu lama?”
Tahun 2021, Bulan Agustus.
“Iya, dong. Kalau bukan, kenapa tanya saya?”
“Apa nih?”
- Lima Sajak Tentang Rumah, Waktu, dan Kenangan yang Pelan-Pelan Menjauh - 9 Agustus 2025
- Tangisan Sungai, Sumpah Plastik: Membaca Safri Naldi lewat Ekokritik dan Marxisme - 20 Mei 2025
- Kesunyian Literasi - 15 Mei 2025