Misteri Sendal Bolong: 06 – Surau Angker

Misteri Sendal Bolong: 06 – Surau Angker

Kisah ini bersetting di sebuah kampung kecil yang terletak di salah satu kabupaten di Sumatera Barat.

Satu kejadian yang dialami oleh Anto ketika berkunjung ke kampung tersebut adalah ketika dia tidak mengindahkan peringatan dari orang-orang kampung, agar tidak berada di areal persawahan ketika jam telah menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Orang-orang kampung di sana, pada umumnya telah kembali ke rumah masing-masing sebelum jam 16.00 WIB. Biasanya ada saja kejadian mistis terutama di sekitar mata air yang selalu digunakan warga untuk berbagai keperluan.

Pada hari itu, Anto yang sejak pagi telah turun ke areal persawahan untuk mencari belut, karena di kota besar tempatnya tinggal, dia tidak akan mendapatkan kesenangan memancing belut seperti di kampung itu, sehingga dia lupa waktu.

Tanpa sadar, jam di pergelangan tangannya telah menunjukkan angka 3 lebih. Mendekati angka 4, sementara posisinya berada jauh di tengah persawahan. Anto pun menyelesaikan kesenangannya memancing karena selain sudah hampir batas waktu yang diingatkan, juga tangkapan belutnya sudah banyak.

Sesampainya di ujung persawahan, Anto langsung menuju arah mata air untuk bebersih diri sekaligus hendak shalat Ashar karena memang ada surau kecil di sana.

Setelah berwudhu, Anto pun masuk ke surau hendak melakukan shalat Ashar.

Dia ambil posisi di shaf paling depan. Kemudian dia memulai shalat. Sebenarnya saat awal memasuki surau, hatinya gamang karena merasa dirinya tidak sendirian. Seakan ada orang lain yang mengawasi gerakannya tapi dia tidak melihat ada siapa pun di sana selain dirinya sendiri.

Ada rasa takut yang menjalar di hatinya ketika tiba-tiba Anto teringat akan peringatan dari orang-orang kampung itu bahwa tempat ini adalah salah satu tempat yang angker.

Untuk mengusir rasa takut yang tak bisa disebut itu, Anto sengaja membaca takbir dengan suara yang keras.

ALLAHUAKBAR!

Anto mulai shalat dan membaca surat Al Fatihah dengan bersuara juga agak keras. Tujuannya untuk mengusir rasa takut yang cukup mendadak.

Pada saat bacaannya sampai di bacaan : Waladholin yang dibaca iiiiiin-nya panjang, tiba-tiba telinganya jelas mendengar suara di belakangnya seperti menyahut: AAMIIIIIIN ….

Sontak saat itu juga nyawa Anto seakan terbang. Nyalinya hilang.

Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung berbalik arah untuk melarikan diri dari surau itu.

Tetapi karena panik, Anto terjatuh karena kakinya tersandung oleh kakinya sendiri tepat di depan sosok yang awalnya berdiri tepat di belakang Anto shalat.

“Ampuuuuuun. Jangan dicekik. Aku masih perjaka dan belum punya keluarga. Kasihanilah aku. Mohon ampuuuuun,” ucap Anto dengan nada suara bergetar hebat menahan rasa takut yang tak bisa dibayangkan. Anto memeluk kaki mahluk itu.

Tiba-tiba, ada suara lembut menjawab ucapan Anto,

“Heeeiiii Anto! Baa lah waang ko, ha? Awak sadang shalat jamaah, manga pulo waang mamacik kaki ambo?”

Ternyata suara itu adalah suara dari saudaranya Anto yang juga kebetulan terlambat untuk kembali ke rumah dan karena melihat Anto berada di surau untuk shalat, dia pun mengikuti untuk shalat berjamaah.

Muka Anto langsung merah padam menahan malu yang tak terbilang rasanya.

Bandung, 28 Februari 2024

Safri Naldi
Latest posts by Safri Naldi (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *