Di ruang kehampaan,
tubuh mungil berdiri di depan ranjang kusam bersama tatap kosong, dengan beban buana yang menginjak-injak pikiran
cahaya redup rembulan menyinari ruang gelap,
sunyi malam berbisik hangat dalam atma
kerinduan pulang bersamaan dengan jatuh butir air mata
Dalam diam,
terdengar bisikan lirih di balik jendela:
“Aku di sini; tak pernah ke mana…”
Kaki kecil itu menapak ragu,
menyusuri jarak yang tak terukur,
menuju cahaya indah tak bersetubuh,
hanya hadir sebagai bayang rindu
cahaya itu seperti ibu yang telah tiada
Ingin rasanya tangan mungil ini menggapai siluet yang kian tampak dekat; meski sebenarnya tak bisa benar lekat
Dalam silam, siluet itu nyata,
mendekap tubuh mungil, punya suara dan rupa. Tapi hari ini adalah kini
Semua hanya bayang yang bisa hilang
- Siluet yang Mengintip - 29 September 2025
Baguuus bangeeet , semangat terus Razu
puisinya bagus bangett, maknanya dalam.
semangat fineshyt jj🤩🤩
bagusss bgtttt razuuu❤️❤️
selamat razuuu
tetap semangatnyaahh
bangga banget zuu aku punya tmn sperti muuu
smoga karya ku makin dikenal banyak orang🙌🙌🙌🤩