Buat banyak orang, Wikipedia itu semacam tempat bertanya pertama. Cari tokoh, istilah, peristiwa—semua ada. Kita percaya isinya karena dibikin bareng-bareng, dijaga rame-rame. Seolah apa pun yang tertulis di sana sudah dipastikan akurat karena “dijaga komunitas”.
Tapi kenyataannya tak sesederhana itu.
Wikipedia memang terbuka untuk siapa saja. Siapa pun bisa menyunting, menambahkan, atau membuat artikel baru. Tapi akses terbuka bukan berarti kesempatannya benar-benar setara. Ketika seseorang menulis tentang tokoh yang belum banyak dikenal, apalagi jika tokoh itu adalah dirinya sendiri, artikel itu bisa langsung dihapus—meski referensinya jelas, karyanya nyata, dan tulisannya netral.
Sementara di sisi lain, banyak artikel tentang tokoh-tokoh yang referensinya sangat minim, bahkan ada yang tanpa referensi sama sekali, tapi bisa bertahan bertahun-tahun. Tidak jarang pula artikel yang terkesan narsistik atau promosi pribadi dibiarkan begitu saja. Rasanya ada standar ganda yang tak selalu disadari.
Ada yang menyebut ini sebagai bentuk reputational gatekeeping. Maksudnya, ada sekelompok orang dalam komunitas penyunting Wikipedia yang merasa bertugas menyaring siapa yang layak punya “tempat” di Wikipedia. Tidak masalah jika tujuannya menjaga kualitas. Tapi yang jadi soal adalah ketika proses menyaring itu lebih banyak dipengaruhi selera, preferensi, atau bahkan persepsi pribadi.
Yang lebih menarik—atau barangkali memprihatinkan—adalah munculnya jasa penulisan artikel Wikipedia berbayar. Konon, ada pihak-pihak yang menawarkan jasa menulis dan meloloskan artikel dengan harga jutaan rupiah. Mereka mengklaim memahami sistem dalam Wikipedia dan punya jaringan di kalangan penyunting. Meskipun praktik semacam ini dilarang secara resmi, keberadaan jasa ini menunjukkan bahwa akses terhadap “keberadaan digital” bisa dikapitalisasi. Sekalipun ini isu, tapi patut diperhatikan.
Wikipedia dibayangkan sebagai ensiklopedia kolaboratif, netral, dan terbuka. Tapi dalam praktiknya, ia bisa menjadi ruang yang eksklusif dan membingungkan. Tidak semua orang paham cara menyunting sesuai format. Tidak semua orang punya waktu untuk berdebat soal kelayakan artikel di halaman diskusi. Dan tidak semua orang punya keberuntungan dikenal atau mendapat dukungan komunitas yang aktif.
Harapan ideal bahwa “siapa saja bisa berkontribusi” kadang berhadapan dengan realitas bahwa hanya mereka yang paham sistem, sabar berinteraksi dengan penyunting senior, dan cukup kuat mentalnya yang bisa bertahan. Dan karena itu, kadang yang muncul bukan siapa yang paling layak, tapi siapa yang paling siap masuk ke gelanggang sunting-menyunting.
Mungkin sudah saatnya kita melihat Wikipedia tidak sekadar sebagai tempat menyimpan informasi, tapi juga ruang yang mencerminkan relasi kuasa—di mana pengarsipan pun bisa jadi medan tarik-menarik kepentingan. Dan siapa yang bisa masuk ke sana, kadang bukan hanya soal layak atau tidak—tapi soal siapa yang punya akses, siapa yang tahu jalannya, dan siapa yang cukup sabar untuk menunggu pintu itu terbuka.
Mungkin opini ini akan dianggap penting-tidak penting—sekadar angin lalu oleh sebagian orang yang menganggap kritik semacam ini sebagai bentuk ketidaktahuan, atau bahkan kedengkian, karena tak mampu memahami lebih dalam atau tak cukup berkontribusi di dalam sistem Wikipedia itu sendiri. Tapi, jika diresapi dalam-dalam, kritik ini bukanlah sekadar curahan kekesalan personal. Ini adalah pengingat bahwa ruang digital yang kita anggap netral dan terbuka pun bisa menjadi tempat yang dipenuhi bias, seleksi tersembunyi, dan bahkan bentuk-bentuk eksklusi yang tak kasat mata.
Wikipedia, seperti halnya lembaga atau sistem mana pun, tidak lepas dari dinamika kuasa, persepsi, dan kontrol. Maka penting bagi kita untuk terus menjaga kesadaran kritis: siapa yang punya suara, siapa yang bisa mewakili diri, dan siapa yang diam-diam disingkirkan dari sejarah digital—bukan karena tidak layak, tapi karena tidak sempat melewati pagar yang terlalu tinggi, terlalu rumit, atau terlalu sunyi untuk diubah sendirian.
- Risalah dari Kampung Tengah: Episode 03 - 20 April 2025
- Antara Kualitas dan Keviralan: Rahasia di Balik Meledaknya Film Jumbo - 20 April 2025
- Meja Kerja yang Ingin Jadi Pohon - 19 April 2025