Suatu hari yang cerah, Ompi melihat Yuzet bersorak-sorai. Tangannya memegang selembar kertas yang sepertinya sangat penting.
“Hai Zet! Seneng bener hari ini?”
“Ya dong. Kamu ga tahu, ya?”
“Kebiasaan kamu tuh, kurang tanggap dan kurang literasi. Wajar ilmunya rendah.”
“Baik.”
“Ga pengen tahu?”
“Lah, tadi udah tak tanya.”
“Makanya membaca dan cari tahu.”
“Ini lagi cari tahu.”
“Eh iya, ya. Saya baru saja juara lomba menulis puisi di Mawar Berduri.”
“Oh gitu. Baiklah.”
“Dasar ga peka. Kamu ga mau kasih selamat?”
“Buat apa?”
“Kasih selamat itu merupakan apresiasi. Bisa juga sebagai dorongan dan dukungan kepada orang lain.”
“Oh. Selamat, ya.”
“Oke. Makanya belajar Ompi. Biar bisa seperti saya. Tapi ga usah buru-buru. Saya dulu belajarnya setahun.”
***
Beberapa hari kemudian, Ompi melihat Yuzet menangis di bawah pohon kelapa.
“Eh, Zet. Nangis kenapa?”
“Ga peka banget, sih?”
“Lah, Ini baru mau ditanya.”
“Setidaknya cari tahu dululah. Baru nanya.”
“Ya kan sampeyan tahu, kalau saya literasinya rendah. Mana bisa tahu.”
“Ya juga, ya. Gini, saya kalah lomba puisi di grup Langit Lebam.”
“Ya ga harus nangis, dong?”
“Lombanya berbayar. Biayanya lumayan besar. Mana duitnya ngutang dulu. Eh, malah kalah.”
“Harusnya kalau begitu ga usah ikut, Zet!”
“Saya itu yakin menang. Keknya juri yang salah nilai. Tapi kali ini saya hargai keputusan mereka. Anggaplah saya berbesar hati.”
“Selamat, ya!”
“Kok selamat?”
“Bukankah tempo hari sampeyan bilang, selamat itu bisa juga sebagai bentuk dukungan. Saya mendukung sampeyan. Gitu, loh!”
Gdebuk!!!
Tiba-tiba sebiji buah kelapa jatuh menimpa kepala Yuzet.
“Aduh. Sakit.”
“Kenapa lagi, Zet? Kalah puisi lagi?”
“Kamu ini ga nyimak kalau barusan saya ditimpa buah kelapa? Heh!”
“Oh maaf. Kan sampeyan tahu. Literasi saya rendah.”
- Tinjauan Psikologis atas Puisi “Adegan Film yang Belum Pernah Kau Tonton” Karya Titan Sadewo - 2 Maret 2025
- Takut AI, Tapi Percaya AI: Ironi Dosen dan Pakar dalam Menilai Tulisan - 1 Februari 2025
- KALA DOSA PADA LAUT - 25 Januari 2025