Formulir Masuk Surga
Aku baru saja keluar dari kantor kelurahan ketika seorang pria bersorban putih mendatangiku. Ia membawa map biru tebal dengan tulisan stiker: “Panitia Seleksi Surga RT 06”.
“Maaf, Bapak sudah isi formulir masuk surga?” tanyanya sopan tapi mendesak.
Aku mengernyit. “Apa?”
Ia membuka mapnya, lalu menyodorkan selembar formulir seperti form sensus penduduk. Ada kolom nama, alamat, NIK, dan kemudian daftar panjang centang amal:
- Shalat selalu di mesjid
- Sudah qunut atau belum
- Ikut tahlilan?
- Punya guru ngaji bersanad?
- Celana cingkrang atau tidak?
- Punya keris bertuah atau tasbih 999 manik?
Aku baca cepat dan mengembalikannya.
“Kalau masuk surga pakai formulir, kasihan orang-orang jujur yang enggak aktif di organisasi,” kataku.
“Bapak jangan nyinyir. Ini usaha warga supaya RT kita kompak ke surga. Jangan egois,” balasnya serius. “Dan mohon maaf, dari laporan takmir, Bapak jarang ikut yasinan dan shaf Bapak agak ke belakang terus saat Jumat.”
Aku diam sebentar.
“Maaf ya,” kataku, “ini bukan perlombaan tujuhbelasan.”
Ia mencatat sesuatu di mapnya, lalu jalan ke rumah sebelah.
Di sepanjang jalan pulang, aku melihat spanduk besar bertuliskan:
“SYARAT TAMBAHAN SURGA TAHUN INI: WAJIB FOLLOW AKUN USTAZ RT DI SOSMED.”
Aku buka ponselku. Ada 4 grup WhatsApp keagamaan yang sedang rame saling kirim video debat ustaz. Di satu grup, orang-orang saling tuduh kafir. Di grup lain, sedang bahas tentang mana doa makan yang lebih mujarab—versi Arab full atau yang ada “bismillah saja”.
Aku keluar dari semua grup. Pusing.
Sampai di rumah, aku lihat anakku sedang menulis. Menurutnya Tuhan itu sebagai cahaya yang memeluk semua manusia, bahkan yang bajunya berbeda-beda.
Aku tanya, “Kamu nggak takut digambar kayak gitu?”
Anakku menjawab polos, “Bukannya Tuhan suka peluk semua orang yang jujur?”
Aku tersenyum. Lalu duduk di meja, mengambil kertas kosong. Kali ini aku yang menulis formulir—bukan untuk masuk surga. Tapi untuk keluar dari segala tipu-tipu yang dibungkus jubah suci.
Bersambung …
Catatan Penulis:
Cerbung ini disusun dengan memadukan perenungan pribadi, pembacaan dari berbagai literatur cetak dan digital, serta diskusi panjang dengan bantuan kecerdasan buatan sebagai mitra berpikir. Meskipun demikian, seluruh arah dan nilai cerita tetap berasal dari keyakinan dan sudut pandang penulis sendiri. Semua tokoh, alur, dan peristiwa dalam cerbung ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan dengan kejadian nyata, itu semata-mata kebetulan yang tidak disengaja.
- Risalah dari Kampung Tengah: Episode 03 - 20 April 2025
- Antara Kualitas dan Keviralan: Rahasia di Balik Meledaknya Film Jumbo - 20 April 2025
- Meja Kerja yang Ingin Jadi Pohon - 19 April 2025