Tipuan Sederhana dari Puisi “Aku Ingin” SDD

Tipuan Sederhana dari Puisi “Aku Ingin” SDD

Mencintai paling sulit itu ada pada puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Di dalamnya ada permainan simbol yang luar biasa menjebak. Sesuatu yang dikatakan sederhana sebenarnya hanyalah sebuah sindiran–kepura-puraan yang menjebak. Bisa saja tujuannya untuk dipuji, atau pemutarbalikkan fakta. Ada beberapa gabungan majas yang terdapat di dalamnya, seperti “litotes”. Yaitu Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Sebagai contoh, “Terimalah hadiah yang murah ini sebagai tanda rasa senangku.”

Di sisi lain, ada pula terselip majas ironi. Sebagaimana kita tahu, ironi adalah sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Tetapi, dalam hal ini, sindiran ini lebih bersifat ke rendah hati. Barangkali menjadi “litotes-ironi”.

Banyak orang yang tidak mau menyimak fakta-fakta yang terdapat di dalamnya. Orang-orang berkata, “Ini adalah puisi paling puitis. Pengungkapan rasa cinta yang sederhana.” Padahal yang benar adalah, “Ini adalah puisi puitis dengan kata yang sederhana. Tetapi tersimpan makna yang tidak sederhana. Ini mengingatkan saya kepada perhatian kita waktu kecil terhadap bintang. “Bintang kecil, ingin kujangkau dirimu.” Padahal sesungguhnya yang kecil adalah mata-kasarnya saja. Hakikatnya, kebesaran dari sebuah bintang telah tersembunyi oleh jarak dan waktu.

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Indra Intisa
Ikuti saya
Latest posts by Indra Intisa (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *