Di tengah malam yang sunyi, Yuzet berjalan pulang melewati kuburan tua di pinggir desa. Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki berat di belakangnya, seperti ada yang mengikuti. Ketika ia menoleh, hanya ada kegelapan yang menyesakkan, namun suara itu semakin mendekat. Yuzet, yang mulai merasakan ketakutan, mempercepat langkahnya, merasa semakin tertekan.
Tiba-tiba, sebuah bayangan putih melintas di depannya. Yuzet hampir terjatuh karena ketakutannya, tapi ketika ia melihat lebih jelas, ternyata itu hanya seekor anjing putih yang terjebak di pagar kuburan. Sambil tertawa lega, Yuzet melanjutkan perjalanannya, berjanji untuk tidak lewat di sana lagi tengah malam.
Namun, saat Yuzet berjalan lebih jauh, tiba-tiba ia mendengar suara tawa pelan. “Bisa-bisanya kamu takut sama anjing, Zet!”
Yuzet terkejut, kemudian menoleh, dan ternyata itu suara dari Ompi yang sedang duduk di dekat pohon kemang sambil merokok.
“Ih, bisa-bisanya!” kesal Yuzet.
Yuzet sengaja mengabaikan Ompi dengan terus berjalan dan sampai ke sebuah warung. Di sana ia menemui Ompi yang sudah duduk ngobrol dengan teman-teman yang lain.
“Dari mana saja kamu, Zet? Ngumpul dulu di sini. Ada laga Liverpool vs MU dini hari,” tegur Ompi disambut anggukan kepala dari yang lain.
Yuzet kelihatannya mendongkol. Mungkin masih kesal.
“Minta rokoknya, dong. Pahit ni bibir, kena angin malam,” pinta Yuzet ke Ompi.
“Kamu kalau ga ada duit, hutang dulu aja, Zet. Emang sejak kapan Ompi perokok?” ceplos Mamang Penjaga Warung.
“Eh!” Tiba-tiba Yuzet tersadar.
- Analisis Puisi “Bukan Bertepuk Sebelah Tangan” Berdasarkan Teori Ekspresif - 14 Desember 2024
- Tafsir Spiritual dan Romantisme dalam Pengharapan yang Agung - 14 Desember 2024
- Ternyata oh Ternyata - 26 November 2024