: untuk barang curianku yang mengagumkan malam melembut dalam sayup angin laut sejak kau berucap: "selamat tidur, sayang" yang adalah pelipur hingga fajar tugur di arah timur agaknya tak ada hujan turun, sayang maupun bunyi violin kebetulan seperti malam-malam kita berselisih paham yang membuatku tersenyum sebab pipi permenmu mencuat serupa langit terjaga bohlam merah tua sejenak mataku tertahan catatan-catatan bohemian Persia dimana wasiat singkat dengan tanda kutip terungkap; "surga dan neraka cuma soal eksistensi-- semacam daun pinus di hutan tropis mereka tak perduli sungai atau jurang sebagai ranjang matinya" barangkali semisal itu takdir penyair memilih pragmatis sebelum segala khilaf terungkap palsu memilih malam yang adalah jalan pelarian sebab siang hanya erangan panjang orang-orang korban perang yang menolak bendera putih yang tak kabur ke bungker-bungker sebab tiap tempat telah sempit oleh mayat-mayat oleh tubuh bayi-bayi di bawah reruntuhan ruang makan dimana seorang kakek dan cucu kesayangan memancing gelak tawa tuhan sebelum tanahnya dicuri semacam aku mencuri hatimu, manisku lalu menyimpannya dalam kegelepan ingatan Nov- 2023
Latest posts by Alif Darojat (see all)
- Noktah Senjakala - 16 November 2024
- Semiotika Ramadhan - 20 April 2024
- Solilokui - 9 Desember 2023