masih adakah yang perlu kita pertengkarkan di sela jurus demi jurus yang melayang di rusuk angin penyisir belantara sawah setelah mamak berpetuah mencegat klakson truk ekspedisi bersorak lewat memenuh pagi berita memviral, Siti Rabiatun menangis melumuri pintu dapur zaman merdeka mendadak jemu menatap layang-layang melenggok tertahan di lazuardi memanah rezim sesekali tersenyum rawan lain waktu menghunjam sangar jalan berlubang menggamit lutut agar tahan pada cerita sedih tentang ranah sibiran tulang pemimpin adat menjual obat untuk dimuntahkan di karpet merah arak-arakan bajamba masih dinantinya kerling sayup gadis senja menghantar nira nagari tetangga hari melibur, kawa termamah di teras masjid Amarullah biar tergerus desir jantung yang rindu cerita indah agar tak kau tanyakan lagi ukuran peci peladang atau basiba tak terpakai bundo kanduang yang bermimpi suatu kali menjejak kaki di pusat peradaban tak terdaki mengurai betapa lenyainya luluk membasuh luka anak kemenakan agar tak kerap menantang mentari sebagaimana Datuk pucuk dahulu pernah menitahkan Kumango, 2022
Latest posts by Mohammad Isa Gautama (see all)
- Kipas Angin - 25 Mei 2024
- SYAIR CINTA SENJA HARI - 25 November 2023
- SYAIR CINTA ANAK SEKOLAH - 25 November 2023