Satu hal yang perlu dicatat, buku Korpus Ovarium karya Royyan Julian ini tidak cocok dibaca oleh pembaca pemula. Atau penyair yang masih berpikir kalau puisi itu sebatas permainan kata, emosional, rima-rima, untuk kesenangan diri, sebagaimana puisi liris umumnya, tentu tidak.
Buku pemenang DKJ Puisi tahun 2021 ini, merupakan buku puisi panjang dan melelahkan. Kita sebagai pembaca akan dipaksa untuk membaca secara konsisten dan tidak terputus-putus. Tentu pula, harus mengerti dan mempunyai banyak referensi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam buku tersebut.
Buku ini hanya terdiri dari 3 buah puisi panjang, yaitu: Ritus Aborsi”, “Bedah Sesar”, dan “Parabel Kelahiran. Di awal-awal, pembaca akan dipaksa memasuki nuansa Mollo dan kejadian-kejadian di dalamnya. Ada banyak tokoh di dalam cerita yang bakal membuat pembaca berkerut, menebak-nebak, siapa orang ini? Apakah tokoh nyata atau imajiner? Apa hubungannya dengan cerita? Belum selesai satu tokoh, lalu muncul tokoh lainnya yang masuk untuk menggesek-gesek isi cerita.
Puisi yang seolah-olah ditulis seperti sebuah novel ini, merupakan riset panjang yang dilakukan oleh penulis. Di dalamnya memuat persoalan masyarakat Mollo (NTT) yang berjuang melawan korporasi tambang marmer, huru-hara Kota SoE tahun ’65, dan remitikalisasi kosmogoni Mollo. Dari ketiga judul puisi dalam buku tersebut, “Pengalaman perempuan” seolah merupakan benang merah yang menghubungkan ketiga puisinya.
Untuk memahami Puisi yang berbalut kejadian-kejadian, mitos, budaya, tradisi, dst., ini, pembaca setidaknya bisa membaca beberapa buku ini sebagai referensi, sebagaimana sumber penulis melakukan riset selain terjun langsung ke daerah tersebut, diskusi, mengamati, dst.—adalah: Mollo, Pembangunan, dan Perubahan Iklim: Usaha Rakyat Memulihkan Alam yang Rusak karya Siti Maemunah, Memori-Memori Terlarang: Perempuan Korban & Penyintas Tragedi ’65 di Nusa Tenggara Timur yang disunting Mery Kolimon dan Liliya Wetangterah, Mama Aleta Fund: Menyelamatkan Hidup, Memulihkan Alam yang merupakan wawancara Siti Maemunah dengan Aleta Baun, Citra Manusia Berbudaya: Sebuah Monografi tentang Timor dalam Perspektif Melanesia karya Gregor Neon Basu, Surat-Surat dari Kapan: Benih Cinta Kasih Allah dalam Budaya Atoni karya Krayer van Aalst. Melelahkan memang. Jika kita sebagai pembaca benar-benar mau mencari tahu apa-apa intisari secara lengkap, apa moral yang mau disampaikan. Jadi ini bukan buku puisi biasa. Pembaca tidak bisa menikmatinya begitu saja sembari menyudut rokok dan menghirup kopi tapi tanpa punya pegangan apa-apa. Bahaya. Hehe.
Juri DKJ pun sesumbar bahwa buku ini ditulis oleh penulisnya dengan riset yang sangat dalam. Menurut mereka, penulis dengan cermat menjahit parabel-parabel Alkitab dengan kisah-kisah lokal (entah peristiwa historis maupun peristiwa mitologis. Yes, bisa dikatakan begitu. Royyan Julian seolah memegang tanggung jawab yang besar untuk menyusun dan menyampaikan sesuatu ke masyarakat luas. Tapi masalahnya, apakah masyarakat bisa menerima dan menikmati bacaan ini dengan baik?
Tapi ada satu hal lain yang perlu digarisbawahi, Royyan berkata, “Menyelesaikan manuskrip ini saya anggap sebagai kewajiban moral, dan menang di sayembara DKJ adalah bonus.” Silakan simpulkan sendiri.
Walau begitu, buku ini penting di dalam khazanah perpustatakaan nasional. Bisa dijadikan referensi-referensi bagi generasi berikutnya—bagi yang mau menggali dan riset terhadap sesuatu.
31 Juli 2022

- Tinjauan Psikologis atas Puisi “Adegan Film yang Belum Pernah Kau Tonton” Karya Titan Sadewo - 2 Maret 2025
- Takut AI, Tapi Percaya AI: Ironi Dosen dan Pakar dalam Menilai Tulisan - 1 Februari 2025
- KALA DOSA PADA LAUT - 25 Januari 2025