Dalam dunia komputer, malware dikenal sebagai program komputer—perangkat lunak yang bertujuan kurang baik. Malware istilah yang digunakan untuk perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap sistem komputer. Contoh perangkat lunak berbahaya itu meliputi: virus, worm, kuda troya, spyware, dst.
Program-program yang dibuat oleh para programmer itu—malware—bisa dipakai untuk merusak OS dari sebuah PC, data-data, mencuri informasi, memata-matai, merusak dan bahkan menghancurkan data-data yang dianggap penting bagi pemilik. Pelbagai macam maksud itu dihimpun dalam sebuah software yang tentu merugikan pihak korban. Para craker (hacker yang bertujuan jahat) sering menanamkan malware ke dalam sebuah jaringan, website, dsb., bisa juga dengan cara memancing korban (pishing) untuk menarik korban ke program berbahaya. Hal ini membuat para awam, setengah awam, dst., para bisnisman, menjadi was-was. Seperti demam terhadap penggunaan IT.
Dalam pada itu, banyak ahli keamanan merekomendasikan sebuah kriptografi (kunci data) terhadap file-file penting supaya tidak mudah disusupi oleh program jahat. Tetapi, malware yang dibuat pun juga mempunya kecerdasan sendiri. Ia pun kadang ditulis dengan kriptografi tertentu sehingga sulit untuk dibuka, dipelajari dan dihancurkan oleh program anti virus sebagai lawan dari malware tersebut.
Dalam dunia sastra, ada salah seorang sastrawan “mabuk”—saya memberikan gelar mabuk pada seorang “professor” yang aktif menulis di Facebook karena tulisannya dalam bentuk esai, puisi, dst., terkesan membabi buta layaknya orang mabuk. Mabuk ini seperti membuat para sastrawan mapan menjadi was-was seperti cemasnya pada sebuah program jahat dari sebuah malware. Hal ini tentu mengingatkan kita pada bentuk-bentuk dan ciri dari sebuah malware. Acak-kadul tetapi sangat menyerang. Inti dari serangannya bisa saja dengan bentuk mbeling akut yang diisi dengan satir-satir tajam. Hebatnya pula, permainan diksinya yang seolah kacau itu merupakan bagian dari metafor akut—saya menamakannya kriptografi sastra yang tidak mudah dipecahkan oleh siapa yang berpikir normal—siapa saja yang memandang dari sudut pandang normal. Sudut pandang normal kalau saya umpamakan dalam dunia IT adalah sudut pandang awam dari tulisan mabuk ini. Untuk memahaminya, penelaah harus ikut mabuk juga. Artinya, untuk memahami malware, maka pengguna harus paham malware. Untuk membukan kunci dari kriptografinya maka pengguna harus paham kriptografi.
Orang bisa saja main-main ketika melihat tulisan-tulisan akutnya. Tetapi, ketika mereka melihatnya dengan main-main, maka di sana tulisannya telah menyusupi pikiran awam dari orang yang seolah normal. Facebook siapa saja bisa disusupinya, bisa saja melalui grup sastra, beranda, balas komen, dan lebih mabuknya adalah melalui berbagi status tetapi dibumbui—ditambah dengan komen mabuknya yang seolah acak-kadul. Ingat, jangan main-main. Jika diabaikan, Anda bisa bahaya. Kalau diikuti, Anda bisa telah masuk ke inti permainannya. Berarti Anda telah berhasil menjadi korban sastra malware-nya. Anda telah koit!
Jika Anda telah terkena sindrom malware-nya, maka bersiaplah karya-karya Anda akan ditelaah dengan tulisan yang seolah memuji, menyindir, dst., padahal harus berhati-hati, ada tersimpan banyak niat dan tujuan yang tidak Anda sangka-sangka. Ingat saja sebuah program “pishing” di beranda Anda, inbox atau di mana saja, seperti: “Ayo klik gambar ini. Luar biasa. Anda bisa kaya …” Tulisan atau gambar yang seolah indah, ketika pembaca yang abai, maka dengan serta merta ia akan meng-klik tautan yang bersifat pancingan itu (pishing), padahal di sebalik itu ada tujuan tertentu yang bisa membuat akun Facebook Anda dibajak, dicuri informasi, dirusak, dst. Serupa dengan itu, maka pikiran Anda pun ikut dibajak, diacak dan dibuat mabuk olehnya. Jadi, hati-hatilah.
Yang belum kenal, akan saya kenalkan dengan beberapa postingan mabuknya di beranda Facebook https://www.facebook.com/csuraja:
1/
Maman S. Mahayana menulis tentang sastra(wan) Facebook hari ini Sabtu, 22 April 2017 tanpa menandai dengan keranjang karya.
2/
Nanang Suryadi, Fenomena 3500 ritel di Amrik tutup dilanda pola belanja online atau e-commerce. Menarik diteliti dalam teori puisi.
3/
Luka dan bisa kubawa meluncur di toll laut menuju perhelatan perayaan Hari Chairil Anwar di pulau Reklamasi ke 27 yang telah sedia.
Satu pesan saya kepada Anda, “Hati-hatilah!”
2017
- Pagar Sutra - 12 Januari 2025
- Analisis Puisi “Burung-Burung Melayang” Berdasarkan Teori Ekopuitik dan Ekologi Sastra - 28 Desember 2024
- Dikejar Ibu - 21 Desember 2024