dari perantauan yang sering dilalui,
yang kuingat,
pulang adalah kehangatan sambal lado
yang menari di lidah kenangan,
dari dapur Amak yang tak pernah sepi,
bercampur telur yang Amak hidangkan
selalu tahu cara mencintai tanpa kata.
di sambal lado telur itu,
pedasnya seperti rindu yang terperangkap,
membakar perlahan di lidah,
tapi selalu dirindukan
tersaji di piring yang dibagi bersama,
di bawah bohlam kuning yang hangat,
di meja yang tak pernah kekurangan ruang
untuk berbagi kisah tentang hidup
yang tak pernah berhenti
aku kembali menemukan rasa pulang,
dalam kepedasan yang membangkitkan kenangan,
pada lidah yang hampir lupa,
bahwa rumah selalu tahu bagaimana
menuntun jalan pulang.
di lidah yang hampir kehilangan jejak,
sambal lado Amak mengingatkan
pada rasa yang tak akan pernah diam,
berdansa dalam ingatan yang tak bisa terjebak,
setiap kunyahan seperti bayangan
yang tak pernah hilang
aku mengingat tatapan Amak
saat memasak sambal lado,
yang selalu berhasil mengembalikan rasa,
seperti hawa rumah yang tak berhenti
memeluk setiap kaki yang pulang.
aku mengingat kembali,
pulang adalah saat suap nasi menjadi berat
ditelan bersama kenangan yang mengendap,
dan sambal lado Amak
menjadi rumah yang tak pernah meninggalkan.
Sungai Sirah Pilubang, 16 Februari 2025
- Kiamat Masih Pending - 29 Maret 2025
- Sambal Lado Telur Amak - 15 Maret 2025
- Surat Dari Aku Belum Kawin - 22 Februari 2025