Ramadan Malam Hari

Ramadan Malam Hari

Pada malam keempat belas
Di puncak kapal Gili Iyang
Angin menebas sunyi
Kepala basah, berlumur kata dan tanya

Ramdan membisu
Dan aku tak mampu menerjemah apa-apa
: hidup adalah hidup
; mati adalah mati
Tak ada makna di hati yang cadas nan redup

Ombak membentur kepala kapal
Ada yang pecah, ada yang tumpah
Kucoba berfalsafah
Hendak mengais makna dalam tadabbur
Tapi samudra dan gulita hanya menyajikan keheningan yang tak dapat kupecah

Kuseruput kopi
Rokok menyala
Asap mengepul

Pertanyaan-pertanyaan tak menohok pun timbul
: Apakah Ramadan tak lebih canggih dari malam dalam hal meracik kesunyian?
; Dan bukankah sunyi adalah khalwat paling khidmat bagi hasrat yang begitu hebat?
; Bolehkah kukatakan bahwa menyunyikan diri adalah puasa sesungguhnya?
; Aku ingin berpuasa pada malam dan kesunyian, atau bahkan menjadikannya Ramadan alternatif; yang bukan lagi harfiah; yang tak hanya disambut tiap tahun.

Demi malam, demi sunyi
Tuhan …
Sungguh aku ingin berpuasa pada malam hari

Kapal Gili Iyang Bawean-Gresik, 13-03-2025

M. Lutfi
Latest posts by M. Lutfi (see all)
0Shares

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *