tiga rumpun cabai yang tumbuh di belakang kehilangan pedas. daunnya rontok batangnya encok. "mau kuurutkan pinggangmu?" tanyaku. mereka menggeleng. "tanah kami kering. kasih pupuk saja." aku teringat tentang puisi-puisi di lemari buku. laptop. dinding toilet. lantai. "ini saja," bisikku. kusiram puluhan puisi ke batang-batang cabai. "aih, kurang mapan!" teriak mereka. aku terkejut. ini puisi terbaikku. salah? "o ya. aku tahu." buru-buru kuambil beberapa potongan puisi dari tong sampah. "ini puisimu?" selidik mereka. "bukan! milik senior!" 2017
Latest posts by Indra Intisa (see all)
- Analisis Puisi “Bukan Bertepuk Sebelah Tangan” Berdasarkan Teori Ekspresif - 14 Desember 2024
- Tafsir Spiritual dan Romantisme dalam Pengharapan yang Agung - 14 Desember 2024
- Ternyata oh Ternyata - 26 November 2024