Kampanye, Ala Kadarnya
Cerita sebelumnya: Pemilihan Kepala Desa – Episode 01
Lapangan desa siang itu panas kayak penggorengan. Yuzet berdiri dengan megafon yang suaranya sember. Spanduknya nempel di pagar lapangan, tulisannya miring:
“YUZET — Desa Aman, Tikus Hilang, Kucing Menang.”

“Saudara-saudara sekalian!” teriak Yuzet, setengah kehabisan napas. “Kalau saya terpilih… semua dapat kucing gratis!”
Ada ibu-ibu di barisan depan nyeletuk, “Saya alergi, Dek!”
Yuzet panik. Ompi ngasih kode dari belakang, goyang-goyang tangan kayak pemain sulap. Yuzet tiba-tiba mengingat gerakan kepala orang India, lalu muncul ide jawaban.
“Nanti kucingnya… kita kasih… masker medis!” teriak Yuzet, sambil setengah yakin. Semua orang tertawa. Ada yang ngetok-ngetok tanah pakai sandal. Sendal jepit. Untung tidak putus.
Terus ada lagi yang nanya, “Lubang jalan kapan dibenerin, Dek?”
Yuzet nengok ke Ompi. Ompi angkat alis. Kemudian mikir sebentar, lalu menunjuk ke area waduk buatan. Entah apa maksudnya.
“Lubang jalan nggak usah ditambal. Kita kasih nama aja satu-satu. Jadi tempat wisata!” sambar Yuzet
Warga heboh. Ada yang ngikik. Ada yang tepuk tangan. Di belakang, Ompi hampir jatuh dari kursi saking ngakaknya.
Bersambung …
- Tangisan Sungai, Sumpah Plastik: Membaca Safri Naldi lewat Ekokritik dan Marxisme - 20 Mei 2025
- Kesunyian Literasi - 15 Mei 2025
- Pemilihan Kepala Desa – Episode 03 - 11 Mei 2025