Kambing Hitam Airmatanya sedikit Setetes ke rumput, sisanya melangit Karawang 2023 Nightingale326
“Kambing Hitam” merupakan puisi pendek 2,7 deskriptif. dengan gaya pengungkapan mengunakan unsur-unsur puisi liris dan ekspresif. Penggunaan gaya Bahasa simbolis dan figurative, dalam puisi ini merupakan elemen penting yang digunakan pemuisi dalam menyampaikan perasaan emotifnya ke pembaca, serta untuk menciptakan ruang kehadiran pembaca.
Dalam konteks puisi ini, Arma Wijaya membuka puisinya dengan judul “Kambing Hitam”, sebagai analogi dari sesuatu yang negatif, sesuatu objeks yg diberi tekanan sebagai objek penderita yang dituduh atas kejahatan yg dilakukan oleh oranag lain. Secara garis besar menjelaaskan isi puisi akan apa yg tengah terjadi pada objek pembicaraan.
“Air mata sedikit” merujuk pada air mata yang jatuh hampir tidak terlihat atau dalam jumlah yang sangat sedikit, mungkin seolah-olah hanya setetes atau sangat minim. Artinya frasa larik satu lebih condong penggambaran subjek lirik yg melakukan pengkambinghitaman pada objeks pembicaraan. Artinya lebih ke metafora tidak adanya penyesalan dari subjeks lirik yang melakukan tindakan pengkambinghitaman pada objek pembicaraan. Ini menggambarkan bahwa subjek lirik merasa minim atau bahkan tidak merasa bersalah atau menyesal atas perbuatannya terhadap objek tersebut. Interpretasi ini sesuai dengan pandangan bahwa air mata yang sedikit mengacu pada ketidakberpihakan. Akan berbeda jika larik kesatu ditulis “Air mata tinggal sedikit” akan lebih menggambarkan bahwa air mata objek tersebut hampir habis atau hampir tidak tersisa, mencerminkan intensitas perasaan sedih atau beban yang dialami.
Frasa “Setetes ke rumput, sisanya melangit”, menegaskan analogi yang dijelaskan sebelumnya pada larik kesatu. Keberadaan frasa “rumput” secara simbolis mencerminkan adanya keterhubungan dengan komunitas atau Masyarakat yang lebih luas dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Artinya segala Tindakan baik atau buruk yang dilakukan oleh subjek lirik pada objeks lirik akan mempengaruhi tatanan berkehidupan selanjutnya.
Jika pemaknaan “rumput” sebagaimana yang saya terangjelaskan di atas, maka susunan frasa “Setetes ke rumput, sisanya melangit” mencerminkan pada sedikitnya rasa empati seseorang pada pihak lain (pada objek penderita dan objek lain yang lebih luas cakupannya), atau semakin menipisnya aspek Nurani pada subjek lirik. Dalam konteks pemaknaan frasa “sisanya melangit” dalam puisi tersebut, tidak merujuk secara langsung pada makna kiasan yang bersifat rohaniah seperti doa atau permohonan ampunan. Sebaliknya, frasa ini lebih cenderung mengandung makna konotatif yang menggambarkan kecenderungan subjek lirik untuk mengabaikan atau tidak memperhatikan perasaan atau beban objek yang menjadi korban pengkambinghitaman.
Dalam hal ini, “melangit” dapat diartikan sebagai tindakan yang menjauh atau menjauhi, yang dapat mencerminkan sikap subjek lirik yang lebih condong ke arah ketidakberpihakan atau ketidakpedulian terhadap objek yang mengalami beban atau kesedihan. Dengan kata lain, frasa “sisanya melangit” lebih menunjukkan kecenderungan subjek lirik untuk tidak menghiraukan atau tidak peduli terhadap perasaan objek yang sedang mengalami kesulitan. Pandangan ini lebih menekankan pada aspek ketidakberpihakan atau kurangnya empati dari subjek lirik terhadap objek, daripada mengaitkannya dengan makna kiasan rohaniah seperti doa atau permohonan ampunan.
Secara keseluruhan, pesan dari puisi ini saya rasakan ingin menggambarkan sikap tanpa penyesalan dan kurangnya rasa empati dari subjek lirik terhadap tindakannya, bahkan ketika dampaknya dapat mencapai lingkungan yang lebih luas. Puisi ini menyoroti aspek moral dan sosial, serta mencerminkan betapa kompleksnya interaksi manusia dan dampak dari tindakan yang diambil.
Untuk melengkapi pembacaan singkat saya pada puisi di atas, saya sertakan penilaian dan penjelasan sebagaimana di bawah ini:
A. KESEIMBANGAN BENTUK DAN KEINDAHAN PUISI 2, 7 (DUA LARIK, TUJUH KATA)
- Prasyarat Pola Tuang 2 baris, total 7 kata dan penanda akhir. kepadatan kata, kaya makna secara logika bahasa, dan kesan emotif yang ditimbulkan.: 7/7
Penjelasan Penilaian: Puisi ini memenuhi prasyarat pola tuang dengan 2 baris dan total 7 kata, memiliki kepadatan kata yang efektif, serta menciptakan kesan emotif yang kuat.
- Kekuatan judul mencakup daya tarik dan mencerminkan isi atau tema puisi dengan baik: 6/7
Penjelasan Penilaian: judul “Kambing Hitam” sudah cukup menarik perhatian dan menggambarkan tema umum puisi, yaitu pengkambinghitaman atau menyalahkan seseorang sebagai pihak yang bertanggung jawab atas suatu tindakan negatif. Namun demikian, menurut pandangan saya selaku penghayat, judul akan lebih kuat membetot imaji, jika ada elemen kata yang dapat lebih menegaskan makna secara eksplisit. Maksudnya, dengan menambahkan elemen kata-kata tertentu dalam judul yang dapat lebih menggarisbawahi makna atau perasaan yang ingin disampaikan Penyair ke pembaca.
B. PENGUCAPAN KHAS DAN UNIK (KESEGARAN DIKSI—SEMANTIK DAN STRUKTURAL)
- Keunikan dalam menggunakan bahasa ungkap dalam puisi yang memperkaya pengalaman pembaca: 10 /11
Penjelasan Penilaian: Puisi ini menggunakan bahasa yang unik dalam bentuk simbolisme dan metafora, memberikan pengalaman pembaca yang kaya.
- Estetika puitika dan cara pemuisi dalam menciptakan ruang kosong untuk menebalkan kesan pada pembaca: 10 /10
Penjelasan Penilaian: Puisi ini menciptakan ruang kosong yang memperdalam kesan dan interpretasi bagi pembaca, melalui penggunaan kata-kata sederhana yang simbolis metaforis secara intens dan efektif. Dengan kata lain, puisi tersebut tidak memberikan penjelasan yang terlalu rinci atau spesifik tentang setiap detail, tetapi dengan menggunakan kata-kata simbolis dan metaforis, ia mendorong pembaca untuk mengisi “ruang kosong” tersebut dengan interpretasi dan pemahaman mereka sendiri. Hal ini menciptakan pengalaman membaca yang lebih mendalam dan personal, di mana setiap pembaca dapat memiliki perspektif yang unik terhadap makna dan pesan puisi sesuai dengan pemahaman dan pengalaman pribadi mereka. Dalam hal ini, Penyair saya pandang berhasil menciptakan keseimbangan antara memberikan petunjuk yang cukup untuk membantu pembaca memahami inti pesan, namun juga memberikan fleksibilitas untuk pembaca membuat interpretasi pribadi dan mendalam, sesuai dengan “ruang kosong” yang diberikan oleh penggunaan kata-kata simbolis dan metaforis.
C. KEPADUAN DAN ATAU MAKNA PER LARIK MANDIRI DALAM MENGUATKAN TEMA
- Kemandirian dan kekuatan larik merelevansi dengan judul dalam menyampaikan makna secara mandiri: 9 /10
Penjelasan Penilaian: Setiap larik memiliki makna mandiri yang relevan dengan judul, menggambarkan perasaan subjek lirik.
- Kekuatan ekspresi dan impresi gaya bahasa yang digunakan secara kesatuan utuh puisi dalam menyampaikan tema: 9.4 /10
Penjelasan Penilaian: Gaya bahasa yang digunakan secara keseluruhan mendukung tema dalam menggambarkan perasaan tanpa penyesalan subjek lirik. Dalam konteks puisi 2,7 “Kambing Hitam” karya Arma Wijaya, walau subjek liriknya tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi dapat disimpulkan dari konteks bahwa subjek lirik adalah seseorang yang melakukan atau terlibat dalam tindakan pengkambinghitaman. Demikian juga halnya dengan
Objek lirik dalam puisi ini, objek liriknya tidak disebutkan secara langsung, tetapi dapat disiratkan dalam larik pertama dengan frasa “Airmatanya sedikit”. Meskipun objek liriknya tidak dinyatakan secara jelas, frasa ini mengacu pada objek yang sedang mengalami perasaan sedih atau beban yang diungkapkan dalam bentuk air mata yang sedikit. Di sini kata “air mata”, saya pikir sengaja ditulis “airmata” untuk menggambarkan secara visual adanya tangis yang sangat intens (sangat kuat).
D. KOHERENSI/KESELARASAN ANTAR LARIK
- Koherensi antar larik dan judul memberikan kesan yang utuh dan terhubung antara setiap bagian puisi: 10.2 /11
Penjelasan Penilaian: Puisi ini, walau hanya disajikan dalam tujuh kata yang diatur sedemikian rupa dalam dua baris, berhasil menciptakan pesan dan kesan yang kokoh, mencerminkan sikap subjek lirik dan dampaknya.
- Kekuatan puisi secara utuh dalam menciptakan makna, pesan dan kesan: 9.8/10
Penjelasan Penilaian: Puisi ini sangat berhasil menciptakan pesan dan kesan yang kokoh, mencerminkan sikap subjek lirik dan dampaknya.
E. KEUTUHAN/TUNGGAL—JUDUL & ISI BERSENYAWA— MENGANGKAT TEMA
- Kesatuan utuh ayat puisi mencakup kausalitas, koherensi, dan harmoni dalam menciptakan pesan dan kesan tema secara mendalam: 10.8 /11
Penjelasan Penilaian: Puisi ini menciptakan kesatuan dan harmoni antara judul, isi, dan pesan tema. Penyair sangat berhasil saat menggambarkan kurangnya penyesalan subjek lirik dalam melakukan tindakan pengkambinghitaman, menekankan dampak tindakan pada lingkungan sosial yang lebih luas dengan penggunaan bahasa yang kaya dan simbolis.
- Kekuatan teks puisi secara kesatuan utuh ayat menciptakan kehadiran dan pengayaan makna/tafsir pada pembaca: 11.8/12
Penjelasan Penilaian: Puisi ini memberikan makna mendalam dan memungkinkan interpretasi yang beragam, menciptakan kehadiran yang kuat bagi pembaca.
Avarage Poin: 9.4
Puisi 2,7 yang memuisi dan memuasi OK*****
Mataram, 9 Agustus 2023
Arma Wijaya, lahir di Karawang, Rengasdengklok. Belajar menulis puisi sejak lulus SMP 2003, tepatnya saat tinggal di Pondok Pesantren Barokatul Qodiri, Cibitung, Bekasi yang diasuh oleh Abah KH. Junaedi Al Baghdadi. (Sekarang, Pondok Pesantren Al Baghdadi, Rengasdengklok, Karawang). Di tahun 2006 ia belajar membuat lagu, dan memperdengarkannya kepada orang-orang terdekat. Mulai aktif menulis dan memperdalam puisi pada tahun 2014. Hingga saat ini puisi-puisinya tergabung dalam buku antologi puisi, di antaranya: Bulan Menari Ketika Bumi Menangis (2015), Antologi Pola Tuang (2018), Seremonia Kekasih (2019). Nyaris tidak pernah mengikuti event atau lomba kepenulisan manapun, tapi pernah menjadi juara l pada Lomba Bedah Karya Puisi Pemenang Event Hari Kartini (2017) yang diselenggarakan di grup PUTIKA (Puisi Tiga Kata).
Arma Wijaya
- Kembali Pada Kata Sebuah Tafsir Filosofis Dalam Simbol Puisi Dukotu - 30 Desember 2024
- Haiku Katak Basho, Haiku Kematian (Benarkah?) - 15 Agustus 2024
- Sekilas Tentang Perbedaan Mendasar Haiku Modern, Katauta, Zappai dan Senryu - 5 Agustus 2024