notifikasi pesan dari hp bapak berbunyi :
[xx.xx] : ‘kiamat akan terjadi pukul dua siang hari ini. harap umat beriman, kurang beriman, atau tidak beriman berkumpul di lapangan puisi. bawa perlengkapan yang betul diperlukan:
laki-laki wajib memakai baju lebaran dan sarung bermotif yang ada cap itunya. perempuan harus menggenakan atasan ikhlas dan bawahan sabar. syarat untuk bertemu langsung dengan Tuhan.’
bapak menatap layar, bingung dan terkesiap,
seolah kiamat itu hanya lelucon yang datang tiba-tiba,
tapi entah kenapa bapak mulai mondar-mandir,
memasukkan doa ke tubuh ajal,
seperti memohon pada takdir yang tak pernah datang—
foto berpose imut di Pulau Edan,
pakaian lama dibeli saat diskon besar,
kitab porno dari Mami Siska,
berisi ‘Kiat Menjadi Manusia yang Diinginkan Tuhan’,
surat tanah dan rumah bertingkat di Auskalilah,
kebeli pakai saldo pahala dari rekening sedekah,
ibu mati disambar geledek,
terjebak di kebiasaan nyicil dosa di warung Mak Tedi,
perjanjian hihihi antara ibu dan bapak jadi omong basi,
bukti check-in perselingkuhan bapak sama kawan ngewe
tak lain dirinya sendiri.
“di dunia ini,
kita cuman punya hasil curian yang halal, nak,”
kata bapak bangga dan penuh kepasrahan.
notifikasi kedua dari hp bapak:
[xx.xx] : ‘salam sengsara, tuan dan nyonya sekalian. kiamat diundur sampai waktu tidak dapat dijanjikan. terima kasih atas kepercayaan dan ketololan anda.’
“lho? dasar keparat!”
bapak menggaum, menggonggong,
seolah menantang dunia yang tak pernah bisa
dimengerti.
2024
- Kiamat Masih Pending - 29 Maret 2025
- Sambal Lado Telur Amak - 15 Maret 2025
- Surat Dari Aku Belum Kawin - 22 Februari 2025
