NASI GORENG, KEMUDIAN KAU

NASI GORENG, KEMUDIAN KAU
kita pernah memasak romansa
di dapur, berdua
membuat nasi goreng
meributkan mana yang 
lebih dulu dimasukkan
: kecap, atau saus tomat
telur, atau potongan bakso

kau tersenyum, memintaku
untuk mengalah
dan aku layu
menjadi daun bawang
yang masih basah

"baiklah, tapi jangan pernah kau masukkan air mata ke dalamnya."

kemudian kita dengar
hujan turun di luar

"aku ingin menyendok pelangi, boleh kumasukkan ke nasi goreng kita nanti?"

kau bertanya, dan melihatku mengangguk
tanpa menyadari, telah
banyak yang kautambah
apa-apa di sana
—saus tiram, minyak wijen, rindu,
hingga tabur-tabur kecemasan
akan kehilangan

lalu aroma nasi goreng mulai
menguar menyapa napas

kita mengaduknya berdua
dengan satu spatula
melontarkan lembut ke udara
butir-butir nasi yang mulai matang

sebelum segala akhirnya terhidang
di meja, kita mulai mempertemukan
tatapan satu sama lain
yang sama bulat, menjadi telur
mata sapi
pelengkap nasi goreng ini
jadi tak lagi sepi

pada akhirnya, kita saling
menyuapi nasi goreng yang telah
kita biarkan wanginya terjaga
seperti rindu
yang tak mampu kita usir

(Malang, 2014)
Andi Wirambara
Latest posts by Andi Wirambara (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *