kita pernah memasak romansa di dapur, berdua membuat nasi goreng meributkan mana yang lebih dulu dimasukkan : kecap, atau saus tomat telur, atau potongan bakso kau tersenyum, memintaku untuk mengalah dan aku layu menjadi daun bawang yang masih basah "baiklah, tapi jangan pernah kau masukkan air mata ke dalamnya." kemudian kita dengar hujan turun di luar "aku ingin menyendok pelangi, boleh kumasukkan ke nasi goreng kita nanti?" kau bertanya, dan melihatku mengangguk tanpa menyadari, telah banyak yang kautambah apa-apa di sana —saus tiram, minyak wijen, rindu, hingga tabur-tabur kecemasan akan kehilangan lalu aroma nasi goreng mulai menguar menyapa napas kita mengaduknya berdua dengan satu spatula melontarkan lembut ke udara butir-butir nasi yang mulai matang sebelum segala akhirnya terhidang di meja, kita mulai mempertemukan tatapan satu sama lain yang sama bulat, menjadi telur mata sapi pelengkap nasi goreng ini jadi tak lagi sepi pada akhirnya, kita saling menyuapi nasi goreng yang telah kita biarkan wanginya terjaga seperti rindu yang tak mampu kita usir (Malang, 2014)
Latest posts by Andi Wirambara (see all)
- KAMASENYUM - 27 Januari 2024
- AYO-AYO MUSIM PANAS - 27 Januari 2024
- SOLILOKUI NINJA HATTORI - 30 Desember 2023