Saya pernah merenung-renung dengan wajah polos tentang persaingan nakal antara Remy Sylado dan Joko Pinurbo. Dua maestro ini mampu melecutkan puisi dengan gaya nakal-genit yang mematahkan taring-taring penyair senior. Perbedaannya tipis. Hanya pada masalah diksi dan temanya saja.
Sebagian orang berkata bahwa Joko Pinurbo telah mengekor Remy Sylado dengan puisi genit-mbelingya. Padahal tidak sepenuhnya juga. Remy Sylado menjadikan puisi menjadi renyah dan gurih tanpa perlu berusah payah memaknakan dan menafsirkan isi dan pesan dari puisi. Sedangkan Joko Pinurbo, kadang menggelapkan puisi dengan cara yang surel. Persamaan dari mereka adalah permaianan humor yang cerdas. Lalu siapa yang paling nakal-genit antara keduanya?
Di antara beberapa puisi mereka, ada dua puisi nakal-humor yang menyentil dengan tema yang mirip. Keduanya mampu menghadirkan sebuah roman satir yang asyik melalui ciri khasnya masing-masing. Siapa yang yang paling nakal?
BAJU BARU Karya: Joko Pinurbo Bulan, aku mau lebaran. Aku ingin baju baru, tapi tak punya uang. Ibuku entah di mana sekarang, sedangkan ayahku hanya bisa kubayangkan. Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam? Bulan terharu: kok masih ada yang membutuhkan bajunya yang kuno di antara begitu banyak warna-warni baju buatan. Bulan mencopot bajunya yang keperakan, mengenakannya pada gadis kecil yang sering menangis di persimpangan jalan. Bulan rela telanjang di langit, atap paling rindang bagi yagn tak berumah dan tak bisa pulang. (2011)
PRESIDEN Karya: Remy Sylado Presiden pertama bermain mata dengan komunis Presiden kedua bermain mata dengan kapitalis Presiden ketiga bermain mata denga presiden kedua Presiden keempat tidak mungkin bermain mata (2002)
- Tinjauan Psikologis atas Puisi “Adegan Film yang Belum Pernah Kau Tonton” Karya Titan Sadewo - 2 Maret 2025
- Takut AI, Tapi Percaya AI: Ironi Dosen dan Pakar dalam Menilai Tulisan - 1 Februari 2025
- KALA DOSA PADA LAUT - 25 Januari 2025