“Bila tembakan kita tidak mengenai harimau itu, kitalah yang akan diburu oleh harimau itu”. Seutas cuplikan dalam novel yang ditulis di bagian pembatas buku. Kalimat itu membuat saya berfikir, oh, pasti novel ini tentang pemburuan harimau di Nusantara. Benar, ketika ditarik garis waktu, memang dahulu Indonesia yang dikenal dengan sebutan Nusantara memiliki hewan otentik khas yaitu harimau yang tersebar di kedua pulau besar yaitu Jawa dan Sumatra. Pengetahuan inilah yang menimbulkan perspektif bahwa novel Membunuh Harimau Jawa karya Risda Nur Widia secara gamblang akan membahas mengenai perburuan harimau di tanah Jawa. Berbeda cerita, Ketika penulis esai telah selesai membaca novel yang tebalnya 156 halaman tersebut. Meman ada beberapa part dimana novel menceritakan perburuan harimau jawa oleh para londo yang sedang menjajah Indonesia kala itu. Akan tetapi, yang menjadi highlight dari novel ini bukanlah pemburuan harimau oleh londo, melainkan kisah dari orang-orang yang memburu harimau ini untuk kepentingan mereka sendiri. Bahkan, juga diceritakan, bahwa orang-orang pemburu ini yang awalnya melakukan kerja sama, tetapi di akhir cerita dikisahkan mereka saling membunuh untuk dapat menguasai satu dengan yang lainnya. Mari, kita bedah satu satu Novel Membunuh Harimau Jawa.
Novel Membunuh Harimau Jawa karya Risda Nur Widia lahir dan mendapatkan penghargaan sebagai Nomine Buku Sastra pilihan tempo 2023 sebagai salah satu nominasi karangan prosa terbaik tahun itu. Yap, tidak salah majalah tempo memberikan penghargaan kepada Risda karena karyanya ini penuh dengan plot twist yang tidak bisa tertebak serta memberikan efek kejutan “hah, ternyata dia?” Ketika selesai membaca novelnya.
Buku novel yang mempunyai nuansa putih, terdapat gambar harimau yang memanjang serta terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu pada penutup buku depan, cover depan, cover belakang, serta penutup buku belakang memberikan kesan indah dan berantai bagi pembaca. Novel ini menceritakan sebuah tema besar yang diangkat yaitu mengenai Politik diri sendiri. Politik berasal dan berkembang dari Bahasa Yunani, yakni kota yang berstatus negara. Kemudian, politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai kebaikan bersama. Definisi inilah kemudian dapat dicocokan dengan situasi dan kondisi seperti yang diceritakan Risda di dalam Novelnya. Pengungkapan tema politik diri sendiri menurut penulis esai ini tidak dapat ditemukan Ketika membaca satu atau dua bagian dari novel saja. Karena, bagian satu dengan bagian lainnya dalam novel ini saling bersinambungan dan berkaitan. Oleh karena itu, untuk menemukan tema yang dimaksud oleh penulis, pembaca dituntut untuk membaca keseluruhan dari novel Membunuh Harimau Jawa ini. Bagian inilah yang menurut saya menarik.
Membuka novel ini, maka kita akan langsung disuguhkan dengan bagian pertama dari sub novel Membunuh Harimau Jawa. Pada bagian ini, tampaknya penulis memberikan suasana tegang, menakutkan, dan membuat pembaca bertanya tanya terhadap apa yang ditulis di paragraf pertamanya. “Pagi itu, ditemukan dua mayat dengan tubuh terkoyak di tepi jembatan merah yang sedang dibangun pada wilayah Pajang. Darah segar berceceran di sekitar mayat tersebut, membasahi rerumputan, bunga liar, dan tanah,….” (Widia, 2023: 1). Penggunaan suasana yang seakan akan membuat pembaca bertanya-tanya, “Apakah ini ulah harimau?” membuat mereka harus melanjutkan membaca novel untuk membuktikan kepenasarannya. Selain itu pengenalan tempat yaitu, disebutkan daerah Pajang. Merupakan penggambaran yang cocok dan sesuai untuk membuat pembaca yang dalam konteks ini tidak tahu daerah jawa seakan-akan harus membuktikan, “Apakah dahulu daerah Pajang merupakan hutan? Sehingga banyak harimau?”
Kembali ke konteks awal cerita, pada sub bab pertama, penulis mengenalkan beberapa tokoh dan juga latar tempat kepada pembaca menggunakan sebuah adegan yang tidak biasa. Bukan hanya digambarkan melalui narasi saja, melainkan karakter tokoh sudah mulai terlihat ketika mereka berdialog dengan tokoh yang lainnya. Penggunaan logat yang disesuaikan dengan siapa tokoh tersebut terkesan tidak biasa pada novel novel yang berkisah pada zaman-zaman dahulu seperti dengan novel ini. Biasanya, novel novel yang mengambil latar zaman dahulu, penulisan yang diceritakan oleh penulis menggunakan bahasa yang sesuai dengan konsisi saat ini. Memang, seperti itu bukan menjadi persoalan lebih dalam karya tulis, dan bahkan dengan seperti itu, membuat para pembaca akan lebih mudah memahami isi cerita yang disampaikan oleh penulis novel. Akan tetapi, penggunaan konteks kalimat yang menggabungkan bahasa saat ini dengan bahasa yang sesuai dengan latar cerita akan jauh lebih menarik serta membuat pembaca seakan-akan masuk dalam dunia yang diceritakan.
“Penggunaa bahasa campuran akan membingungkan!”
“Isi cerita tidak akan dapat diterima secara gamblang oleh pembaca”
Saya akan katakan ‘tidak’ untuk novel ini. Ketika pernyataan-pernyataan seperti ini akan muncul di benak pembaca, maka akan langsung saya jawab, “Novel Membunuh Harimau Jawa terdapat kata bantu yang ada di bawah paragraf tiap lembar” Kata bantu yang menerangkan maksud dari kata sulit itu terdapat dalam novel. Novel ini terdapat kata bantu yang memudahkan pembaca mengetahui maksud dari kata yang disampaikan penulis, serta tentu pembaca akan mengetahui kosa kata baru tentang makna kata yang ada dari zaman dahulu. Misalnya.
Di atas kapal Victoria terdapat berbagai jenis manusia dari ragam kelas ekonomi dan sosial. Hal ini memungkinkan maling, penipu, hingga bandar opium ada di dalam kapal tersebut. Di antara mereka, ada seorang dief (12) yang mengincar barang bawaan Mr. Philipes.
Makna Dief, adalah tukang begal, yang biasanya dilakukan di tempat-tempat elite.
Novel Membunuh Harimau Jawa merupakan novel yang memadukan latar tempat dan sosial yang berbeda dan dikemas dengan cerita yang bersinambungan. Novel ini memadukan latar tempat Indonesia pada zaman penjajahan, latar dunia Eropa, dan latar Indonesia sebelum masa penjajahan. Ketiga latar ini tentu memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik dari karakter tokoh penunjang, dialeg yang diggunakan, serta suasana yang ada dalam cerita, dan Risda menurut saya berhasil dalam membawakan cerita dengan kombinasi latar yang berbeda-beda secara runtut tanpa adanya loncatan cerita. Jadi, cerita antara latar ke latar atau cerita antar sub ke sub sangat runtut dan berkesinambungan.
“Kenapa koe terburu-buru?” tanya Meneer Dedrick begitu Darmo tiba di tuinhuis, “koe seperti lutung yang dikejar pemburu.
Pada bagian ini apakah pembaca essai dapat menebak? Yap, penulis menggambarkan keadaan dengan latar Indonesia ketika sudah memasuki masa penjajahan oleh negara-negara Eropa. Perpaduan bahasa yang terlihat ketika londo yang bernama Meneer Dedrick mengucapkan kata “koe” akan terlihat berbeda di perspektif pembaca. Karena, pembaca terlah terstimulus bahwa Menner Dedrick adalah seorang londo. Penggunaan kata seperti itu juga menunjukan, bahwa tokoh yang dimaksud telah lama tinggal di Indonesia, sehingga terjadinya akulturasi bahasa antara bahasa asal dengan bahasa yang dimiliki oleh tokoh.
Setelah dikeluarkan dari sekolah khusus seni di AKV St. Joost itu, Dedrick dititipkan pada seorang pendeta gereja tertua di kota Breda, Gereja Grote Krek.
Pada bahasa ini terlihat bahwa latar yang diggunakan oleh penulis sebagai gambaran dari cerita merupakan latar di negara Eropa. Terlihat dari penggunaan bahasa ‘AKV S.t. Joost’ yang sangat asing di telinga masyarakat awam. Kemudian, Kota Breda yang jelas bukan termasuk dari kota-kota yang ada di Indonesia.
Kemudian, penggunaan latar yang dipakai oleh penulis novel merupakan latar asli dari masyarakat Indonesia, ini akan terlihat dari aktivitas masyarakat yang diggambarkan dalam novel, serta bagaimana dialog yang diucapkan oleh tokoh. Penggambaran dari latar asli masyarakat Indonesia terlihat pada sub novel empat, yaitu mengenai penggammbaran tokoh Darmo.
“Asu! Umpat Darmo kesal. “Asu tenan!”
Novel Membunuh Harimau Jawa dibuat untuk dibaca bagi semua kalangan dan tidak ada batasan umur. Novel ini dibuat dengan bahasa yang sederhana, sehingga mampu dengan mudah dipahami paragraf per paragraf dan sub bab per sub bab novel yang diceritakan. Penceritaan kisah berdasarkan kisah yang mungkin dialami pada zaman dahulu masyarakat Indonesia khususnya jawa yang kala itu mendapatkan momentum penjajahan oleh bangsa Eopa, maka pembaca akan berefleksi serta membuktikan kebenaran akan kisah yang diangkat.
Bercerita tentang bagaimana penggambaran watak manusia yang serakah serta licik dengan mengambil judul menggunakan Harimau serta menjadi judul yang menarik “Membunuh Harimau Jawa” membuat pembaca penasaran terhadap isi cerita yang ada di dalam novel tersebut. Penggambaran watak tokoh yang juga dikemas dengan epik ketika dibuatkan kisah masing masing yang masuk dalam sub bagian dari novel ini. Pada bagian awal, penulis cerpen menceritakan serta menggambarkan tokoh utama Meneer Dedrick. Penulis mengisahkan dari kecil siapa itu Meneer Dedrick yang kemudian menjadi orang penting yang mmenguasai desa Pajang daerah Jogja. Penulis juga indah dalam menggambarkan tokoh awal dari Meneer Dedrick yang dulu merupakan seorang anak nakal yang karena kenakalannya hingga dikeluarkan dari sekolah. Seakan-akan tidak ada yang dapat menyembuhkan kenakalannya hingga orang tua dari tokoh menyerahkan kepada tokoh agama yang ada di dalam cerita dengan haraapan anaknya sembuh dari perbuatannya. Namun, pendeta yang dipercayai orang tua Meneer tidak sanggup hingga ia harus menyerahkan kembali kepada orang tuanya. Namun, sang anak yang tak lain adalah Meneer Dedrick ini justru kabur hingga ditemukan dengan tokoh yang menyelamatkan hidupnya hingga menjadi orang yang dapat menguasai Desa Pajang.
Tidak kalah menarik penggambaran tokoh yang menemani Tokoh utama Meneer Dedrick. Dia adalah Darmo. Darmo diggambarkan menyusahkan orang tuanya dari awal lahir ke dunia. Hingga dewasanya dia pandai dalam membunuh orang yang menganggu jalannya. Kemudian ia ditemukan dengan Dedrick yang menolong dia untuk dijadikan pelayannya.
Novel membunuh Harimau Jawa merupakan novel yang menurut saya penulis essai adalah novel yang baik untuk dibaca. Bukan hanya berisi kisah yang menarik, melainkan juga berisi amanat-amanat yang bijak jika dibaca dengan saksama. Beriringan dengan novel “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari ,menurut saya memiliki tema yang hampir sama jika dibandingkan dengan novel novel lainyya. Berisikan tema tentang Politik diri sendiri yang pas juga dengan isi cerita yang dibawakan. Kepentingan diri sendiri untuk menguasai memiliki peran penting merubah karakter tokoh dan watak manusia. Oleh karena itu, penggambaran dari novel ini sangat sesuai dengan kondisi saat itu bahkan hingga hari ini untuk tidak menjadi orang yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan dirinya sendiri. Kesimpulan dari esai ini adalah mengungkap siapa harimau asli yang diggambarkan oleh penulis novel. Membunuh Harimau sangat pantas ketika harimau itu digambarkan sebagai manusia licik yang ingin dirinya lebih dari siapapun. Maka, “Bila tembakan kita tidak mengenai harimau itu, kitalah yang akan diburu oleh harimau itu”.
Daftar Pustaka
Ramadhani, M.Muthahari, Dkk. (2022). Pengantar Ilmu Politik. Bandung. Penerbit Widinia Bhakti persada Bandung
Widia. Risda Nur. (2023). Membunuh Harimau Jawa. Yogyakarta. Pojok Cerpen dan Tanda Baca