di media ompi-ompi
diksi-diksi tidak boleh ompong
sebab paragraf awal adalah gigi
untuk diunjuk.
di paragraf kemudian
retorika adalah sumbu bagi redaktur
yang tak perlu panjang
namun mematangkan puisi.
sedang di paragraf terakhir
sumpahi puisi sebagai burung yang tak kenal kata pulang
gemar menandak, mengudara dalam ruang kurasi
untuk mencari dahan-dahan paling layak
seraya bertengger di ingatan
berkicau nada lulus, terbit di laman.
Bekasi, 30 Juni 2023
Ilustrasi gambar: Ilham Nuryadi Akbar
Ilham Nuryadi Akbar lahir di Banda Aceh dan saat ini sedang merantau di Kota Bekasi. Buku pertamanya diterbitkan oleh Alinea Medika Pustaka berjudul Kemarau Di Matamu Hujan Di Mataku. Puisi dan cerpen telah banyak terangkum pada beberapa media Lokal dan Nasional seperti, Kumparan.com, Koran Radar Banyuwangi, Sumenep.news, ideide.id, Sastra Media, Lensasastra, Literasikalbar, Koran Fajar Cirebon, Barisan.co, Negeri Kertas, dll.
Latest posts by Ilham Nuryadi Akbar (see all)
- Taksonomi Tubuh Ibu - 20 Januari 2024
- Memeluk Ajal - 13 Januari 2024
- Hutang Nasib - 13 Januari 2024
