O, generasi!
ini hari sungguh kita tak bisa lagi
melihat wajah-wajah kecuali
peta-peta yang telah hancur
garis-garis bumi yang telah hablur
dalam lelucon dan tawa
dengan cekikik dan klise kopi di meja
dengan masih merasa santai lagi lega
atau dengan hanya keparnoan-keparnoan
dan gunjing naif belaka!
sebab di depan adalah musim yang nyata
masa-masa panas yang akan
mengejutkan dan mengguncangkan
dengan tangis rintik-rintiknya
yang tiada henti
tanpa hujan hanya kacau!
akan banyak kehidupan dengan
lebih sedikit lagi air dan makan
ada banyak pendidikan dengan
lebih sedikit lagi cita dan tujuan
akan banyak kerja tetapi
lebih sedikit lagi imbal dan harapan
akan banyak teman tetapi
lebih sedikit lagi pertolongan
akan banyak pemudi pemuda
lebih sedikit lagi roh dan tenaga!
akan banyak suara, sengkarut pikiran
tetapi lebih sedikit lagi
pemeriksaannya!
juga banyak siklus tetapi dengan
segala pengulangannya!
zaman semakin sempit!
omong kosong semakin padat!
celakalah! yang masih punya waktu
luang untuk tertawa-tawa
atau berkumpul tanpa perubahan rencana;
rencana perubahan!
matahari telah ditutup mendung
hari telah sampai di ujung!
negara menjadi sublim bukan sebab
keagungan peradabannya, melainkan
telah begitu resap sepanjang saat
nyeri hening deritanya!
dan inilah bukti kisah sepenggal kita
pintu panjang itu penderitaan!
o, generasi!
ini bukan soal laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal pagar, tetapi Indonesia
mari kita lihat dari pesisir ini
seberapa jauh gema kemerdekaan itu?
seberapa lurus kenegaraan kita?
ya, ini bukan soal laut, terlebih
sekadar soal main kata-kata
ataupun slogan dan sayembara
ini soal melihat Indonesia
ini soal melihat Indonesia
peinture réaliste sur un pays
Pertiwi Ibu, Nusantara!
negara bangsa yang dibayangkan
sebagai entitas kesatuan etnik
dan kemanusiaan, yang berdaulat!
negara bangsa yang dibayangkan
tidak dari ruang teritori kosong
bukan dari tempat yang tidak ada
melainkan dari tanah air yang nyata
yang melahirkan dan menghidupi
tumpah keringat darah
kering kulit dan karat belulang
peras perih sejarah
kolektif! kita seAntara Nusa
ini bukan soal laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal pagar, tetapi Indonesia
mari kita lihat dari pesisir ini
peta jalan ke-Indonesiaan
yang senyata-nyatanya
tanah kita untuk siapa?
air kita untuk siapa?
hari ini kebangsaan kita
sebangsa(t) apa!?
13 Desember 1957
Deklarasi Juanda –masihkah ingat?
suara kebangsaan yang melawan
batas-batas laut yang dibuat
di atas meja-meja Eropa
mengangkat kepal tangan
untuk dengan tegas menyatakan:
“laut ini bukan milik mereka
laut ini milik kita!”
laut yang sempat
dihitung dalam garis-garis
hitungan korporasi dan penjajah
garis-garis yang dibuat
untuk mencerai berai
peta kebudayaan
emas nenek moyang kita
dan yang menggeser-gusur
warisan ekonomi pesisir
sebagai jalur tikus-tikus asing
TIDAK! this Waterfull Land is
Archipelagic State!
bahwa kemerdekaan kita penuh
bahwa kesatuan kita penuh
bahwa kedaulatan kita penuh
bahwa wilayah perairan
adalah penuh
utuh milik bangsa Indonesia!
Sriwijaya menjaga Selat Malaka
pun Laut Natuna; mengontrol
perdagangan rempah-rempah
dari pelintas dan pembajak
Majapahit mencetuskan
Cakrawala Mandala Nusantara!
Kesultanan Malaka membuat
Undang-undang Laut Malaka
Kesultanan Aceh mengembangkan
teknologi kapal perang penjaga
Kesultanan Makassar menolak
monopoli VOC dan memenangkan
pertempuran demi pertempuran
Fatahillah di Sunda Kelapa
mengusir Portugis dari pelabuhan
Pattimura di Maluku
Sisingamangaraja di Sumatra
juga tak pernah mau tunduk!
dalam jantung mereka selalu berdenyut:
“rempah, kedaulatan, dan laut!”
sebelum kaum Bolshevik
dalam revolusi 1917 meneriakkan
dengan lantang: “khleb! mir! zemlya!”
sebab laut bagi mereka bukanlah
sekadar genangan air maha luas
ia adalah ikan bagi rakyat!
kesejahteraan bagi para nelayan!
kedamaian bagi negara!
dan ia adalah martabat
ia adalah martabat!
laut adalah martabat sebuah bangsa!
oleh karenanya
lepas 13 Desember 1957 itu
Mochtar Kusumaatmadja yang sadar
mandat Djuanda, berdebat hebat
dengan diplomat-diplomat Eropa
a political dissensus move
3 juta kilometer berikutnya
adalah laut milik Indonesia!
dunia geger! seluruh orang
yang mendengar tergetar!
ya, laut adalah
benteng tanpa tembok
gerbang kerajaan
yang dibangun dengan kuat
keberanian dan tekad
kebijaksanaan sekaligus
kesiapan untuk berperang!
siapa lalai arus gelombang
akan kehilangan negeri
siapa berdaulat, ia keramat!
een koloniaal ordonantie
in een soevereine natie
is als een ketting voor
een vrij man!
sehingga pada 1982–akhirnya
dokumen UNCLOS III dinyatakan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
sebagai konvensi resmi hukum laut
menggantikan konvensi 1958
dan disahkan dalam UU Indonesia
- lalu 1999
Abdurrahman Wahid, Gusdur
menjadikannya sebagai hari
nasional Nusantara!
tetapi lihatlah, dari pagar itu
sadarlah dari pagar-pagar
yang pura-pura telah dibongkar itu!
dari sandriwara politik kelas borjuis
dari dagelan yang lagi-lagi
kita saksikan di siaran-siaran TV
tanah itu jelas bukan lagi milik kita!
bukan milik kita yang selalu
berkeringat di bawah terik!
bukan milik kita yang selalu
tidur di panas-dingin telanjang langit!
bukan milik para nelayan
bukan milik para buruh pinggiran
bukan milik rakyat miskin desa
bukan milik mahasiwa-mahasiswa
yang terperosok di gorong kota
bukan milik para pemudi-pemuda
yang tiap hari antre lapangan kerja!
bukan milik bapak-bapak dan ibu-ibu
yang tak lagi memiliki sisa air mata
atas nasib sungsang putri-putranya
bukan milik para petani muda
yang cangkulnya jadi tumpul sebab
beradu dengan batu aspal dan gedung
bukan milik anak-anak, semua bangsa!
namun milik mereka
yang tak pernah mengenal
perih lambung sebab rasa lapar
tenggorok berdarah sebab haus terik
dan air-air botol yang harus dibayar!
bukan milik mereka yang
tak pernah sama sekali merasakan
dada sesak sebab nasib terdesak!
yang ironisnya sekaligus juga
tak pernah merasa kenyang
di jalur-jalur tikus itu mengerat uang!
Hungerless Glutton Class!
orang-orang yang di perutnya
penuh kutukan
yang ususnya tidak pernah kosong
tetapi jiwa mereka
selalu ingin makan dan makan!
di zaman para pedagang gerobakan
yang berkeliling di antara rumah warga,
para tunawisma dan orang gila,
para pedagang asongan
pada momen-momen aksi massa,
wartawan di seminar-seminar
adalah sebagiannya intel-intel
yang disebar sebagaimana pukat jala,
30 kilometer pagar bambu tertancap
di laut terbuka lepas
diberitakan dan diopinikan massif
sebagai pagar misterius [sic!]
tentu menimbulkan pertanyaan besar!
hantu macam apa bisa berkeliaran
dan lolos dari bidik mata
aparat-aparat bersenjata?
dinding punya telinga
langit punya mata
batu-batu di hutan bisa dibuat bicara
teroris di lubang semut tanpa identitas
mereka tahu banyak dan jumlah
tahu nyenyak dan istirah
tahu siapa otak dan siapa jemaah
lukisan-lukisan buruh dan petani
memegang palu dan arit
di dalam zine-zine stensil
yang nyelip di pojok-pojok lemari
yang menggambarkan
semangat hidup rakyat
bisa sapu bersih mereka razia!
orang-orang di balik layar
demonstrasi-demonstrasi sosial
dan kritik-kritik publik
diam-diam telah mereka monitor
dan bisa diamankan sebelum
bom! meletuskan waktu
hari sosial penghakiman!
lembaga-lembaga swadaya sipil
yang tajam dan keras
jauh-jauh telah diprofiling
“kami melihat sebelum kalian sadar
kami tahu sebelum kalian bicara!” itu
tulisan di ruang-ruang kantor mereka
lantas ini–sekali lagi
30 kilometer pagar bambu tanpa putus
di laut terbuka lepas diberitakan
dan diopinikan massif
sebagai pagar gaib misterius!?
hantu macam apa bisa berkeliaran
dengan mulus santai dari bidik mata
aparat-aparat bersenjata?
hantu apa yang bisa disembunyikan
oleh kegelapan jika para aparat
telah dilatih bertugas di dalamnya;
dunia gelap para penyusup
dan penjahat? dan jika
bayangan kaki di bawah matahari
bisa mereka masuki dan curi
hantu macam apa yang bisa
lolos dari labirin hitam
laba-laba pemburu?
hantu Kok-moneys?
lalu kesemua itu berujung lucu
pada siaran pers di layar depan
kembali massif ditayangkan
BAR ICE CREAM: ini pagar tidak ada
kaitannya, bukan para pengusaha!
ini murni kesalahan harus
ditimpakan pada Kades Kohod
kades yang dijuluki masyarakat
sebagai kades kesayangan pejabat!
lalu KKP turut meminta
agar masyarakat mengerti
bahwa ini masalah sudah selesai
cukup dengan denda senilai
beras sedekah dan sembako partai!
dan di layar kemudian pula
terpampang diulang-ulang
aparat melucuti pagar dari laut
seakan ingin mendemonstrasikan
mereka telah hadir! mereka berhasil!
padahal? di alam gaib #RezimViral
kembali terdengar bisik-bisik:
“segera turun! sebelum rakyat
turun dan kekacauan mengambil alih!”
“claer and clean. delta selesai
naga tidur. bravo lima.” [duh!]
ada pula sebuah media, secara dramatik
menayangkan sinetron-investigasi
mendatangi rumah Kades Kohod
menyorot rumah paling mewah
dan mobil-mobil seharga: Em Em Em!
dengan backsound: Jeng Jeng Jeng!
lalu menginterogasinya; mencecarnya
dengan pertanyaan-pertanyaan tajam
tentang surat-surat perluasan lahan
dan segala yang ia urus dan ajukan
namun, dengan twister di ujung
untuk klarifikasi-klarifikasi
layaknya adonan talk show gosip!
di depan seorang kuasa hukum
yang disapa oleh sang jurnalis
dengan amat teramat begitu sopan
“maaf bang, boleh minta tolong
jelaskan kasus ini agar lebih terang?”
“yaaaa, ini kan kasus biasa
tetapi masyarakat salah mendudukkan
dan tidak mengerti bla bla bla bla bla…” [sic!]
mereka seakan benar-benar ingin
membuat masyarakat percaya
bahwa peristiwa ini adalah
hanya balada setingkat desa
yang tak ada kaitannya dengan
negara dan kroni korporatnya
it’s just humorous ballads
tentang figur tunggal bodoh-perkasa!
yang tak mengerti apapun ketika ditanya
tak mengenal siapapun di atasnya
yang konon hanya melanggar
delik formal pemalsuan dokumen!
tetapi begitu nyata luas ia
mengangkangi rangkai kebijakan
dan membelokkan tuas kuasa.
mereka sepakat berbohong!
mereka sepakat memotong! dengan
mengungkapkan kebenarannya
tetapi sebagian saja. padahal
menyatakan setengah kebenaran
seraya menyembunyikan sisanya
sering kali lebih berbahaya daripada
menyampaikan 1000 kebohongan.
ya, ketika para borjuis becerita
di sana selalu juga bagian
dari kelindan masalahnya!
kebenaran akan dikaburkan, dan
selalu ada sofa empuk
untuk penjahatnya menangis!
un récit bourgeois, c’est qu’un
gémissement de gangbang cinéma!
apa yang disorot sebagai
erangan aktor bantalan tidak lain
adalah gimik dari kenikmatan
yang dirayakan bersama-sama!
ini bukan soal laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal pagar, tetapi Indonesia!
mari kita lihat dari pesisir ini
yang mana pikiran-pikiran publik
secara sistematis coba dihancurkan!
menteri ATR-BPN, di atas podium
dengan suara nyalak khasnya
turut mengamplifikasi: “ini,
murni permainan pejabat bawah
tidak ada kaitannya dengan elit
tidak ada kaitannya dengan negara
tidak ada kaitannya dengan
Agung Sedayu!” what jerk 88.500
lembar saham senilai 88M?
bahkan ia tak malu-malu mengatakan
“kita memang harus bermain mata
pintar-pintar dalam bermain mata!
pengusaha itu rakyat, pejabat juga
rakyat, yang harus menang!”
ia tak peduli, tak mau tahu
bahwa para nelayan demi keluarga
telah memutar jarak, menumpuk
biaya juga waktu pelayaran
meski ironisnya, dengan hanya
setengahnya saja penghasilan
dari pelayaran-pelayaran biasanya!
lalu 500an lebih pembubidaya
jadi bergantung hutang sebab
hancur perputaran ekonominya!
ia menutup mata dari adanya
tanda-tangan tanda-tangan
kop-kop surat dan stempel-stempel
para pejabat tingkat atas
pada girik-girik, AJB, SHM
surat-surat penguasaan fisik
bidang tanah
surat pengurusan tata ruang
wilayah laut lainnya
serta gratifikasi dan suap-menyuap
yang menyertainya!
alih-alih menyatakan ini, “hanyalah
sekadar proyek cacat prosedur
dan cacat material!” bukan sebagai
kejahatan struktural!
ya! ia berkeliling media menjadi
Guard Dog! yang memasang
sungut setia melindungi majikannya!
menteri ini, memperoleh jabatan
dari daulat rakyat tetapi bekerja
untuk para cukong melarat!
suara dari rakyat, tetapi kebijakan
untuk para konglomerat!
dulu ia meneriakkan
reformasi birokrasi harga mati
sekarang bicara modal dan komisi!
dalam sebuah rapat ia pernah
menyampaikan bahwa kita harus
memberantas mafia tanah
tetapi, meloloskan para pengusaha
dari delik-delik kejahatanya!
tindak makelar-makelarnya, tetapi
jangan pengusahanya!
tindak para pejabat pendukungnya,
tetapi jangan pengusahanya!
tindak notaris dan lawyer-lawyernya,
tetapi jangan pengusahanya!
tindak kambing-kambingnya
tetapi jangan babinya!
ya, inilah wajah pejabat kita hari ini
semakin keras suaranya
semakin canggih menavigasi kasus
justru semakin jadi kuat oligarknya!
sebab para pejabat
kini kian tak lagi malu beridiri
di atas slogan: telan orang miskin, dan
kita akan tetap kaya dan menjabat!
ini bukan soal laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal pagar, tetapi Indonesia
mari kita lihat dari pesisir ini
seberapa carut-marut
gema kemerdekaan itu?
di antara pagar-pagar bambu
yang berhimpit dengan Proyek
Strategis Nasional PIK2;
bambu-bambu MEGA STRUKTUR
yang dianggap misterius itu!
yang sesungguhnya
tidak dibuat dari bambu
tetapi dari kesewenang-wenangan
persiapan restorasi atas area
Tropical Croastland 28.000 ha+
yang artinya pula pemasangan
patok-patok hingga penghapusan
segala tumujud kemanusiaannya!
perhatikan: di bawah mimpi emasnya
masihkah ada di sana
dalam sunyi malam gelombang menari,
melingkari menara api?
yaitu para nelayan muda
yang bahagia berlayar sembari
meniup tifa dan mimpi bunga?
sepeninggal dari bisik angin pantai
dan nyiur pohon-pohon kelapa
yang tetap diam di pasir sana
bagai perawan-perawan desa
menanti sampai pagi tiba?
masihkah ada di sana
setelah pagar-pagar bambu
terpancang laut harapan berwarna
terang biru muda?
yang terangnya bagai
kancing pengantin baru
kilau kuning tembaga?
masihkah ada di sana
keindahan romantik lainnya
sebagaimana pernah dikabarkan
penyair-penyair kita terdahulu?
bahwa pantai adalah tempat
pasir dan basah rindu berpaut?
ya, sebagai tempat seorang anak
tercenung melihat kantuk wajah ayah
menjala fajar turun ke laut?
tempat gadis-gadis
menyeka wajah ibu kusut
mendayung alun dingin perahu
berpeluk?
bahwa laut adalah tempat
bersatu langit dalam samudera
jiwa-jiwa purnawulan nyala?
bahwa laut adalah tempat
bertemunya awan-awan kecil
gegas gerimis yang dibawa
malaikat-malaikat rahasia
dan kapal-kapal pelayar
yang kesemuanya memutar
piringan rizki dan karunia
bagai gegasnya pemenuhan
sepasang ekor camar
janji mabuk cinta?
bahwa laut adalah jalan menuju
kebebasan dan lepas belenggu?
penyeberangan jiwa-jiwa
ke gunung-gunung tak pernama!?
atau ternyata memang kini
benar hanya tersisa nubuat
segala kecemasan-kecemasannya?
bahwa langit telah kelam
laut pun ikut tenggelam
oleh liur pekat tinta perusahaan?!
ya, para nelayan kini masih suka cita
ripah raya menangkap ikan-ikannya
tetapi, dalam gemah kenang belaka!
livelihood delist yang terhapus
oleh corporate action di pasar!
dan seperti tak ingin tertinggal
MENKO pun turut sumbang suara
bahwa pagar laut tidak memiliki
hubungan dengan PSN dan PIK2
dengan alasan, berjarak tahun
kebijakan dan pelaksanaan!
sebuah pernyataan nonsense
yang juga merendahkan akal sehat!
sebab seakan-akan menempatkan
proyek raksasa lebih tidak terencana
daripada rangkaian pagar bambu
yang menjadi bagian darinya!
lihat kembali, daftar pemegang saham
adalah anak-anak perusahaan yang
kapanpun siap diakuisisi! ya,
seekor ular raksasa yang
melahirkan longzi-longzi
yang kelak dicaploknya sendiri!
90% nilai investasi adalah bukti!
dan siapa bisa sangkal inisial AHL
yang mengawasi para mandor
turut berkantor di ruang bos?
di sisi lain meski sambil membela diri
kuasa hukum PIK2 sedikit telah mengakui
ini adalah purifikasi lahan musnah
tambak yang semula terabrasi dan sawah
yang seluruh langkahnya sah [?]
ya, sah, sebab telah dibereskan
oleh kebijakan kong-konglo-kong
presiden-pengusaha sebelumnya!
yangmana ia pula turut menyatakan
di depan sejumlah awak media, agar
“cek saja apakah semuanya
sesuai dengan prosedur?”
prosedur yang sudah direkayasa?! lalu
Menteri ATR-BPN kembali menyahut
koor: “kebijakan yang sudah ada
jangan diutak-atik lagi. kebijakan untuk
dijalankan, bukan dipertanyakan.” [shit!]
terlebih setelah ia ditegur oleh
pejabat tingkat atas lain, agar ”jangan!
sekali-kali lagi menyatakan evaluasi PSN!”
ya! inilah bukti nyata praktik
persekongkolan politik kebijakan
atas nama purifikasi lahan musnah
yang terjadi untuk mengakuisisi
wilayah pesisir dan area laut
padahal, tidak mungkin ada
seluas pantai lepas itu sebagai
lahan bekas sawah-sawah!
kecuali orang terlalu gila yang percaya
bahwa di masa lalu ada padi bisa
subur dan ekonomis biaya
di atas pasir tempat ikan asin tiba
sebelum masuk ke lahan jemur!
alih-alih, tambak-tambak terendam
mati produksi sebab urugan tepi pantai!
een koloniale ordinantie wetgeving
in naam van lokale ondernemers!
ini hanya akal-akalan ala kolonial
dengan jas pengembang lokal!
o, generasi!
PIK2 telah lebih besar luasnya
dari Singapura: 71.000 km2 negara
di dalam negara, Indonesia?
otorita di dalam otorita
kekayaan di dalam kemiskinan
di mana, markas-markas Brimob
telah disusun sebagai penjaga
dan rencana dwifungsi yang
akan berangsur juga turun
mengawasi jalur perbatasan; kota
yang diproyeksikan sebagai
de facto area, yang memiliki
kedaulatan dan aparatusnya sendiri!
negara kecil tanpa kampung
kota-kota tanpa masa lalunya!
privat marine tanpa tanggung jawab
pada rakyat miskin banyak!
dan segala kelonggaran pajak!
ya, rakyat miskin dilarang melintas
terlebih sampai masuk ke area elit ini!
sebab hanya akan mengotori
lantai-lantai gedung berlapis marmer
dan kuil-kuil aset finansial sucinya!
rakyat miskin dilarang masuk sebab
hanya akan menjadi beban kota
pengemis-pengemis di pusat bisnis
dan para pengamen di pusat belanja
para petualang gelandangan
serangga-serangga bau menjijikan
all the black! on list yang dianggap
hanya akan menganggu
grafik yang dijalankan
sebagai bearish factor; sumber
dari segela kegaduhan, dan
segala kerusuhan!
no equality, but more lot!
short the poor, privatize most!
di sisi lain lembaga keuangan
terus didorong untuk mengeluarkan
right issue, PIK2 prospectus!
pagar laut re-entry, melanjutkan
white premium boundary area
urban (baca: yellow migration!) planning
Central Bussines District 400m
Big Box White Sand Beach 180m
Green Belt 100m
New 90ha CBD 180m
Green Belt 5m
Osaka Riverview 50m
Tempozan Shophouses 20m
Riviera Shophouses 5m
Tokyo Riverside 130m
Bigbox 300m
Bigbox Waterpark 5m
New 90ha CBD 180m
CBD Tzu Chi Interchange 100m
Residental Lakeview 20m
dan million faces tak dikenal
hilir tiba bergantian
di bawah patung Naga Emas!
“………”
tuuuutttttttttttttttttttttttttttttttttt…
#siarandarurat Garuda layar biru
[bukan simulasi]
RI-00: der präsident ist tot!
es bleibt der gemoy clown!
Indonesia telah diambil alih
oleh entitas asing!
oleh entitas gaib tak tersentuh!
ular berkaki dua tanpa sisik
salamander lonjong dengan
lipatan-lipatan lemak
di antara leher dan ketiak
mata lengket mulut berlendir
pipi lumer berhidung pesek
perut buncit ekor bercabang
sosok naga, jadi-jadian!
surreal myth, modern evil!
dari gunung (maksudnya
gedung) pesugihan!
tempat lelembut-lelembut politik
di negara fiksi magis saban hari
mengemut-emut jempol kaki iblis
sambil berharap dihujani
uang cair tiada habis!
mereka seluruh, makhluk-makhluk
jejadian itu, sebenarnya tahu
pepatah lama bahwa
kejahatan dunia
selalu terlahir dari jiwa manusia
seiring mingbi keluar
dari usus dan dubur naga!
sebab manusia yang menjual diri
pada iblis, jiwanya telah membusuk
sebelum tubuhnya dikuburkan
di api yang melahirkannya
dan hatinya menjadi gelap
segelap caplak tenguk
di lobang selangkangan lempap!
tetapi mereka tidak peduli!
mereka benar-benar
tidak pernah mau peduli!
alih-alih mengulang-ulang
rapal ini setiap menjelang pagi
“negara adalah perutku
makan dan keserakahan
adalah agama paling bajik
kenyang saja tidak cukup
lebih banyak lebih baik!
negara adalah perutku
makan dan keserakahan
adalah agama paling bajik
kenyang saja tidak cukup
lebih banyak lebih baik!”
o, generasi!
ini hari sungguh kita tak bisa lagi
melihat wajah kecuali
peta-peta yang telah hancur
garis-garis bumi yang telah hablur
tumpang tindih geografi, dengan
peta pengembang milik korporasi;
bulan-bulan yang pucat
bintang-bintang yang sayu
kehidupan yang kejam
meski kelihatan selalu
begitu sopan sepanjang pekan!
ikatan persatuan
yang makin tak nyata
serupa warna coklat fajar
di musim dingin yang tersasar.
masa lalu yang benar-benar mati
dan kita kini yang tersisa hanya
dalam limbung dan nafas sekarat!
melihat kerumunan politisi-pejabat-
pengusaha lalu-lalang secara sembarang
sambil menanam bangkai-bangkai
serta pidato-pidato kodian
bahwa kelak akan muncul
mutiara masa depan. padahal?!
laut telah demam berkeringat minyak
pantai-pantai tumbuh di dalam hasrat
sirene patroli menggantikan
lulabi-lulabi ombak, dan
manusia asli pesisir yang
telah jadi seakan pengungsi
dari tanah jauh asing yang lain
sehingga mereka jadi selalu ragu
untuk percaya bahwa
penderitaan akan berakhir
in cordibus piscatorum proditorum
spes et dubium sine fine pugnant!
sadarlah, sadarlah!
ini bukan negara yang kita idamkan
ini bukan kebangsaan
yang pernah dibayangkan!
lautan untuk kehidupan
bukan untuk korporasi!
matahari menerangi langit
kemerdekaan menerangi pantai
lautan bukan tempat bagi
tumpah ruah dry powder oligarki!
yang setiap saat dan kesempatan
uang-uang ingin dilipat gandakan.
STOP!
hentikan pencekikan atas laut!
laut-laut telah megap
oleh pencurian ikan, eksploitasi
tenaga nelayan dan tambang
ekspor pasir laut hingga
proyek-Proyek Selundupan Nasional
berujung reklamasi New State City!
STOP! no blue, no green!
tiada kehidupan yang baik di darat
tanpa kehidupan yang baik di laut!
no planet B! tidak ada planet kedua
yang benar bisa disinggahi selain bumi!
maka lihatlah kembali
dengan jelas ini permainan!
ini persekongkolan!
laut dan tanah
yang telah tenggelam
oleh jaringan politik-ekonomi
yang jahat, rakus serakah!
der investment fund, alokasi portofolio
mimpi resor, rekening offshore
yang dibungkus kebijakan
exclusive coastal zoning
fishing ban for conservation
maritime privatization
tourism driven coastal policy
luxury port project
blue economic industry
hingga penyediaan
coastal security untuk
melindungi zona-zona korporasi
dan untuk pengondisian
masyarakat pesisir
yang tak nurut diusir!
sadarlah, sadarlah!
ini bukan soal laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal pagar, tetapi Indonesia
terlebih, sekadar soal main kata-kata
ataupun slogan dan sayembara
sadarlah, sadarlah!
ini negara, rumah telah jadi bahaya!
di mana kita tinggal hanyalah nama
yang terus diremehkan
seperti keledai-keledai sirkus
yang dianggap bodoh dan ingus
kemudian seharian ditertawakan
dari atas sofa dan ranjang mewah
tiada diri dan harga!
serta di waktu yang sama
kita pula sekadar menjadi
punggung-punggung ladang
binatang-binatang tunggangan
atau minyak oles mesin
pasar politik dan intrik industri
Bung Karno pernah mengatakan
“imperialisme itu belum mati
ia hanya berbaring!”
dan mari kita lihat dari pesisir ini
nyatakah kemerdekaan itu?
atau kita masih hidup hina dina?
manusia bukan budak
tetapi diperlakukan tetap
seperti kerbau dan keledai!
dan ironisnya
sebagian dari kita rela! MAU!
sadarlah! sadarlah!
kita adalah anak bangsa
yang pernah menderita
oleh jiwa-rupanya 350 tahun
penjajahan!
kita adalah anak bangsa
yang pernah menderita
sebab bekerja tanpa batas jam
tanpa upah imbalan
tanpa rasa penghormatan
tanpa harapan
alih-alih penghinaan
dengan diikat-ikat lehernya
ditarik-tarik dan disodok-sodok
kelaminnya!
dirampas perah keringat
hingga sari pati, ruhaniah hidupnya!
ya! kita adalah anak semua bangsa
yang pernah bisa merdeka hanya
setelah menyadari bahwa perbudakan
bukanlah nasib, tetapi kehinaan
yang dijejal-jejalkan ke tenggorokan
bahwa perbudakan ternyata
perlu segera dibereskan–meski
dengan menyuluh api senjata!
bahwa perbudakan pernah menyeruduk kita
seperti bull-dozer menyeruduk pohonan!
seperti truk-truk proyek “tak bertuan”
yang menerobos gang-gang pemukiman!
ikan — kedaulatan — kemakmuran!
ikan — kedaulatan — kemakmuran!
dan ingatlah!
jika para petani adalah ibu bagi negeri
yang menyuapi raga kita dengan
miliaran butir jagung, sagu dan nasi
maka para nelayan adalah ayah-ayah
yang menyiapkan bagi jiwa-jiwa kita
lauk bergizi segala, pada pangkal ikanannya!
jadi sadarlah, jadi sadarlah!
atau apakah kita sudah lupa?
bahwa perah nanah para pemuda
pernah disulingkan
untuk janji palsu akan emas
perawan-perawan hamil haram
kembali digasak ramai-ramai
di pengap gudang juga rimba hutan, sambil
dijejali berkilo-kilo sisik nanas?!
lihatlah! lihatlah!
ini pemerintahan; persekongkolan
bundel formal dan prosedur belaka
yang kebijakan-kebijakannya
tuntas seribu dibajak!
tanah dan laut-lautnya benar-benar
dilelang di pasar modal dan pinjaman!
kampanye kedaulatan beriring dengan:
izin miring kapal-kapal raksasa
konsesi bermasalah; licence trading
mark-up anggaran tata kelola
fraud-fraud pada badan usaha laut
alih fungsi kawasan konservasi
unreported fishing; ekspor ilegal
penghindaran dan utak-atik pajak
kartel harga hasil laut dan monopoli
penggelapan dana bantuan nelayan
dan ternak
preman-preman gebuk bayaran!
lihatlah! lihatlah!
hukum disandiwarakan tegak di pesisir
tetapi sejengkal dari situ, jiwanya
diinjak-injak dan ditenggelamkan
di dasar palung air!
keadilan dilafalkan, tetapi suaranya
dihanyutkan jauh-jauh
ke hempasan larung paling anyir!
regulasi dibuat rumit dan berlapis-lapis
peristiwa hukum dibuat berputar-putar
agar masyarakat banyak pening dan bingung
dan celah-celahnya bisa dijual
dengan licik dan mahal! yep truly!
Devil Insects jobs in Utopia’s T.More!
Gerombolan Kadal!
dalam Perayaan J.D. Marisson
sadarlah! sadarlah!
tercerahlah jiwa bangsaku!
ini negara, rumah telah jadi bahaya!
ini negara, rumah telah jadi bahaya!
ini bukan soal hanya laut, tetapi Indonesia
ini bukan soal sekadar pagar, tetapi
amis busuk jeroan Indonesia!
pagar hanya luar penampakan!
pagar hanya luar penampakan!
di dalamnya terdapat banyak
sarang dan tawon yang bisa mengancam
lalat gemuk dan belatung-belatungnya
kecoak-kecoak pesing dan magot lainnya
yang berkumpul setiap malam
untuk mabuk dan pesta-pesta!
a distopic state, in a swarm of
miopic insects!
bangkitlah, bangkitlah!
tercerahlah jiwa bangsaku!
anak-anak, semua bangsa!
manusia-manusia
sanubari Tunggal Sila!
Bhineka Suci,
keSATUan Yang Maha Esa!
berkobarlah, berkobarlah, benderaku!
merah darah putih tulang
yang selalu berceceran dan menganga
sebab sering dipopor gagang senjata!
bangkitlah, bangkitlah!
tercerahlah jiwa bangsaku!
di dalam lingkaran dosa dan setan
murnikanlah denyut dan perutmu!
telanlah empedu mawar
duri-duri kemerdekaan itu!
bersatulah dan menjadi!
kembalikan harga diri!
sebab merebut kemerdekaan
adalah berarti menyalakan api
sebab merebut kemerdekaan–adalah
berarti kembali menyediakan api!
sadarilah bahwa kebangsaan
semua kita, adalah kayu bakar
bagi kemerdekaan sejati!
dan kebangsaan yang tanpa api
bukanlah apapun puisi!
bangkitlah! bangkitlah!
laut kita butuh gelombangnya!
laut kita butuh gelombangnya!
untuk mendobrak peraturan
yang mangkir dan berpaling
dari jalan luhur keadilan!
sebab laut kita benar-benar telah
butuh lebih banyak lagi gelombangnya!
untuk membongkar dinding
yang membendung sungai-sungai
kesejahteraan!
bangkitlah! bangkitlah!
rebut undang-undang
dari para maling dan penjagaan!
ganti prosedur dengan
politik-ekonomi dan ekonomi-politik
yang berideologi lempang kerakyatan!
robek itu pukat-pukat kolusi tengik!
tempat pengusaha-koruptor bertempik!
kocok negara! kocok parlemen!
kocok pusat-pusat bisnis
dan industri. di laut, di darat
di desa, di perkotaan!
kocok gedung-gedung pemerintahan
dan perwakilan-perwakilan!
ganti partai-partai dengan gerakan!
kampanye munafik dengan penyadaran!
ekonomi uang dengan ekonomi manusia!
kebangsatan dengan kebangsaan!
penguasaan-penguasaan dengan kemanusiaan!
ingatlah kita bernegara tujuan untuk
persaudaraan manusia!
not for pig thing fucking shit!
bangkitlah! bangkitlah!
ini rumah telah jadi bahaya!
ini rumah telah jadi bahaya!
hutan digundul, tanah dikeruk
gunung dirata, sawah diurug
laut dikavling-kavling
udara? even whispering
yet always in recording!
rakyat diburu seperti penjahat
saudara diludahkan sebagai monyet!
para pendengung diberi mikrofon
suara-suara seperti Pak Khalid nelayan
diam-diam serentak dilenyapkan!
sungguh ini rumah telah jadi bahaya!
ini rumah telah jadi bahaya!
jadi bangkitlah! jadi bangkitlah! o generation!
die den seele der zeit schmerz fühlt
und die dunkelheit der zukunft erblickt
doch in deine
seele noch licht brennt!
rapikan bantal, rapikan kasur
rapikan teras, rapikan dapur
singsingkan palu, singsingkan pacul
ikat bendera, tegakkan kepala
rapatkan rasa penderitaan
tekad dan pikiran di meja bariskan!
bolpoin, buku, ijazah, rencana dan peta-peta
tata segala isi ransel persiapkan!
tidur serentak! bangkit serentak!
doa serentak! lagu serentak!
rebutlah hari! rebutlah pagi!
nyalakan kening seterang-terang matahari!
maju serentak! maju serentak!
luruskan negara, bongkar hipokrisinya!
cacah, cincang persekongkolan, dan
tegakkan kembali kedaulatan!
sepenuh kehendak! sepenuh tenaga!
ikan — kedaulatan — kemakmuran!
pangan — kedaulatan — kemakmuran!
jiwa raga: sekali merdeka, tetap merdeka
kita, harus hidup 50.000 tahun lagi!
kita, harus hidup 50.000 tahun lagi!
banjir di jalan! banjir di jalan! LAWAN!
…danwaspada
Cirebon, Maret 2025
- Ilusi Kritik di Ranjang Pasar - 11 Mei 2025
- Realisme Sosial: Empat - 24 April 2025
- Realisme Sosial: Tiga - 23 April 2025