Melihat Dunia dalam Coretan di Toilet

Melihat Dunia dalam Coretan di Toilet

Eka Kurniawan, seorang penulis Indonesia yang lahir pada 28 November 1975 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia telah menorehkan namanya sebagai salah satu penulis terkemuka dalam literatur Indonesia kontemporer. Karya-karyanya yang penuh warna, kritik sosial tajam, dan imajinasi yang kaya telah memenangkan berbagai penghargaan dan mendapat sambutan hangat baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Salah satu cerpen yang mencerminkan kepiawaian dan keunikan gaya penceritaan Eka Kurniawan adalah “Corat-coret di Toilet” dalam Corat-Coret di Toilet, 2016. Cerpen ini membawa pembaca masuk ke dalam situasi yang tidak lazim, yaitu interaksi berbagai tokoh di dalam sebuah toilet. Meskipun terkesan sederhana dan sering dianggap remeh, toilet menjadi saksi bisu dari berbagai kejadian dan pemikiran manusia. Dalam cerpen ini, Eka Kurniawan menghadirkan karakter-karakter tokoh yang unik dan menarik perhatian. Melalui narasi yang penuh dengan simbolisme dan atmosfer keseharian, ia mengilustrasikan dinamika kehidupan modern yang penuh dengan kekacauan dan perubahan. 

Toilet umum yang dijadikan sebagai latar tempat pada cerpen ini seringkali dianggap sepele namun menjadi tempat yang sarat dengan cerita dan pemikiran manusia. Latar ini dijadikan setting yang tepat oleh penulis untuk menggambarkan dinamika kehidupan sehari-hari serta pertentangan-pertentangan yang ada dalam masyarakat. Di dalam toilet inilah berbagai tokoh berinteraksi dan mengekspresikan pemikiran mereka melalui coretan-coretan di dinding.  Eka Kurniawan dengan cerdas menggunakan latar toilet ini untuk menyoroti berbagai konflik dan tema dalam ceritanya. 

Aspek-aspek pertentangan antara ekspektasi dan kenyataan yang digunakan dalam cerpen ini membantu pembaca untuk mengeksplorasi tema-tema seperti kehilangan, ketidakpastian, dan pencarian identitas. Melalui karakter-karakter tokoh yang berbeda di dalam cerita, pembaca diajak untuk merenungkan makna perjalanan hidup yang seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi. Alur cerita cerpen ini mengalir dengan dinamis, membawa pembaca mengikuti kisah-kisah singkat namun penuh makna dari berbagai tokoh yang muncul di dalam toilet tersebut. Dimulai dari si bocah punk yang mencurahkan isi pikirannya melalui coretan di dinding toilet, mahasiswa dengan ideologi politiknya yang berbeda-beda, gadis tomboi yang berani dan impulsif, hingga laki-laki dengan kritik politik yang tajam. Setiap tokoh membawa nuansa tersendiri dan menghidupkan suasana di dalam cerita.

Toilet yang seharusnya menjadi tempat untuk kebersihan dan kenyamanan, namun di sisi lain juga menjadi tempat untuk ungkapan-ungkapan kritis, protes, bahkan kebingungan akan keadaan sosial dan politik yang terjadi di sekitar masyarakat. Pada satu sisi toilet merupakan simbol privasi dan kebersihan, namun di sisi lain juga menjadi cermin dari realitas sosial yang tidak selalu bersih dan teratur. Penggunaan latar yang terbatas di dalam toilet ini memberikan kesan ironis namun nyata. Penulis menggambarkan detail-detail kecil seperti aroma amoniak dan cat baru di dinding toilet sehingga menciptakan suasana yang terasa nyata dan memikat pembaca.

Gaya bahasa yang lugas namun penuh warna menjadi daya tarik lain dalam cerpen ini. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini mencerminkan kekayaan ekspresi dan kehidupan sehari-hari dengan detail yang menghidupkan setting, tokoh, dan suasana dalam cerita. Deskripsi yang detail, seperti dinding toilet yang baru dicat warna krem mencolok atau penampilan tokoh-tokoh seperti anak punk, gadis tomboi, dan pria dengan kemeja longgar, memberikan gambaran jelas sehingga mengundang pembaca masuk ke dalam dunia cerita. Dialog-dialog yang hidup dengan slang dan bahasa sehari-hari menambah kesan realistis pada interaksi antar tokoh dalam cerita. Misalnya, penggunaan kata-kata seperti bocah punk, amoniak, cekok, atau plung-plung untuk menggambarkan adegan-adegan dalam cerita. Keberagaman bahasa yang digunakan oleh berbagai tokoh dalam cerita ini, baik dalam pilihan kata maupun struktur kalimat, menambah kedalaman dan keragaman dalam narasi. Dengan humor, ironi, dan kekayaan ekspresi dalam bahasanya, penulis berhasil menciptakan cerita yang menarik, realistis, dan memikat bagi pembaca yang ingin merasakan kehidupan sehari-hari yang beragam dan unik.

Dalam cerpen ini, penulis juga menggunakan simbolisme untuk mengungkapkan lebih banyak makna yang tersembunyi di balik cerita yang sederhana namun kaya dengan makna mendalam. Misalnya, dinding toilet yang baru dicat dengan warna krem yang centil dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan yang tampak cerah dan menyenangkan, namun sebenarnya masih mengandung ketidakpastian dan kebingungan yang mendasar. Spidol, lipstik, dan pena yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita adalah simbol ekspresi diri dan pencarian identitas. Hal ini membuat “coretan” di dinding toilet menjadi metafora dari upaya manusia dalam menemukan makna dan tujuan di tengah kekacauan dunia modern. Penulis secara halus namun tajam mengkritisi berbagai aspek sosial dan politik dalam masyarakat Indonesia melalui cerpen ini. Dari adegan-adegan dan dialog-dialog yang muncul, pembaca dapat merasakan kritik terhadap keadaan politik yang tidak stabil, ketidakpastian akan masa depan, dan kebingungan akan arah perubahan dalam masyarakat. Bahkan, tindakan vandalisme di toilet yang ditunjukkan dalam cerita juga dapat diartikan sebagai simbol dari degradasi moral dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang terjadi dalam masyarakat.

Tokoh-tokoh dalam cerpen ini sebenarnya merupakan cerminan dari beragam pemikiran, keyakinan, dan perasaan yang ada dalam masyarakat. Si bocah punk yang mencoret dinding toilet dengan pesan politik, gadis tomboi yang impulsif namun berani, atau laki-laki dengan kritik tajam terhadap keadaan sosial, semuanya merupakan representasi dari beragam sudut pandang yang ada dalam masyarakat.  Cerpen ini menyampaikan pesan tentang pentingnya mencari jati diri di tengah-tengah perubahan, ekspresi diri dalam menghadapi realitas sosial, dan memberikan kritik yang membangun terhadap kondisi sosial-politik. Pesan ini mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan aktif mencari solusi atas berbagai tantangan masyarakat.

Thiara Fahdilla
Latest posts by Thiara Fahdilla (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *