1// menghitung hari-hari nyaris buta (cemas !) seperti puisiku yang menua diselimuti asap kabut dari pinggiran kota berawan terus kususuri menuju rumah ibadah untuk mukjizat kesembuhan di atas mimbar kesucian membawa juga tubuhmu digerogoti ulat-ulat beracun dari dalam tanah basah airmata terus berdarah 2// sebelum aku merangkul pekabaran tiap dinihari rajin gerak badan di tikungan jalan mulutku yang membusuk telah menelan rakus ribuan potong daging haram ratusan ikan dari selokan bahkan sering disuguhkan minuman biang gula dari perkebunan teh yang tumbuh liar di sekujur tubuhku 3// maka kuputuskan( tiba-tiba !) mata puisi ini harus berlari ke rumah duka disuntik obat mata dosis tinggi lalu jadilah aku menjelma jadi seorang tukang sihir yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri tegak tiap pagi 4// pada malam ini sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah gelap gulita harus kuselesaikan membaca kitab suci dengan mata kiri menari-nari sendiri aku harus kuat, pesanmu sampai nanti kita bisa bertemu lagi di hamparan langit baru tanpa ada lagi tangisan membuta atau penyakit menular sudah dimatikan seekor ular damailah hati ini Jakarta, Januari 2024
Latest posts by Pulo Lasman Simanjuntak (see all)
- KADO ULANGTAHUN DIBUNGKUS KERTAS PUISI - 30 Maret 2024
- MATA PUISI - 30 Maret 2024
- Jakarta, 26 Desember 2022 - 31 Desember 2022