Pada getir laut
kami mendekap meratap harap
memeluk obak yang besrsajak
membelai ingin yang berangin
Tuhan berenang di sana
maka kami takzim menyelaminya
sebagai nelayan yang saleh
Namun, semenjak bambu haram itu
menjelma hantu samudra
kami dan lokan-lokan tak lagi bersua
membentang jarak dengan doa
Ketakziman kami pada laut
dikungkung oleh kecongkakan
bau anyir di tepi pesisir membawa kabar
bahwa hidup kian redup
sebab tuhan sudah kehilang rasa takjub
pada mereka yang lihai bermain mulut
Tuhan, ketakziman seperti apa lagi
yang harus kami suguhkan?
jika laut tak lagi menjadi tumpuan
bagi kami dan doa lokan-lokan
Di kening mereka yang keriput
sungguh terlihat getir laut;
“aku adalah sebagian dari nasib dan nisab hidupmu”
Bandung, 2025
Latest posts by Yoga Dzulkarnain (see all)
- Ketakziman Nelayan - 19 April 2025
- Di Atas Meja - 15 Februari 2025
- Clinomania - 15 Februari 2025