Kehaluan Menyerang Keluarga Kami

Kehaluan Menyerang Keluarga Kami
semua dimulai
ketika dunia diserbu pasukan bakteria
yang membawa debu-debu berduri
dan meruntuhkan innate, adaptive, dan imunitas pasif
di tubuh kami

Ibu yang semula gemar bercerita
di kios sayuran bersama para tetangga
kini, hanya gemar duduk
sambil mengunyah permen mint di beranda

dia berkata bahwa bunga-bunga di daster kesayangannya
rontok dan meninggalkan aroma busuk rafflesia
angin menerbangkan kebaya tosca yang dibelikan Ayah
tepat sebelum jasad lelaki itu dikebumikan

sejak saat itu
Ibu memuja warna hitam di langit
yang semakin jarang berwarna biru
warna yang melahap gladiol tua di vas bunga
warna yang mengakrabkan diri dengan mata kami

“Bukankah sekejap saja, kita adalah derit keranda yang menanti ajal di tepi jurang?” gumam Ibu.

demi tahun-tahun yang berkejaran
kami saling melahap kehaluan yang semakin rimbun
demi menyelamatkan kewarasan
yang nyaris punah

lihat!
adik bersiul sambil menunggang naga
melompati pagar sambil membawa bencana
usianya memanjang pada pilar-pilar jalanan
serupa pucuk cemara yang tak pernah menyentuh langit
nestapalah dia!

Bapak?
sudah kubilang dia telah menjadi jasad
dikebumikan bersama belatung dan anak-anak cacing

aku melubangi matahari
demi menjaga isi kepala tetap sama besarnya
tangan ini menggenggam api dan puluhan meteor
yang dilemparkan senja

tapi
satu saja hal yang ingin kulakukan

aku ingin memutar waktu
sekali lagi
dan mengembalikan kewarasan keluarga kami.

Dalem Solo, 2023
Djuminten
Latest posts by Djuminten (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *