dari barus ke pasai, lalu menuju
barung-barung belantai, bayang, salido,
batang kapas, koto kandih,
hingga ke jantung hati
aku merangkai kepingan sejarah ulama
mewarisi kearifan mendiami negeri
di sebatang tongkat alif
silam tak berpikuk di meja mimbar berkoar
melainkan ulama itu santun berpantun
dalam dakwah
kepadamu syekh burhanuddin
bermoto identitas: adat seganding akidah
tak sengketa di ranah "adat bersandi
syarak, syarak bersandi kitabullah"
kini dunia mimbar itu kian edan
tak lagi teladan, ayat-ayat tuhan
diperdebatkan demi jabatan
aku mengutukmu di atas kesaksian kalam
yang dipertentangkan
lalu bibir sembilu menebar bangkai
dari serapah meludah
-riak jalanmu tuan jika tak pandai
bersampan karam, licin jalanmu tuan
jika tak pandai menari papan berjungkit-
siapa yang munafik? Puisiku menjerit
pada kekinian ditingkah resah menuju
futuristik Indonesia
makam? aku datangi nisan-nisan bisu
tertulis nama habib syekh tuan fulan
roh dan nisanmu tuan fulan
diselimuti sutra hijau yang hidup
cahaya ajaran tak redup, tapi
lilin di tangan kami membakar ari
sebab kitab dikaji bersunyi di lemari
sedari dulu kusadari rabi-rabi tak lelah
menyampaikan amanah ilahi
: akankah kita kehilangan tongkat?
Jakarta, 17 Maret 2022
Latest posts by Romy Sastra (see all)
- Si Rusa Daeng Muda - 9 November 2024
- Orasi Tanpa Kata - 28 September 2024
- KALAM YANG DIPERDEBATKAN - 29 Juni 2024