Kabut Pagi Ini

Kabut Pagi Ini

Matahari meringkuk
langkah kabut merangkak
bertahan
memangkas jarak
pada yang (seharusnya) kelihatan.

Aku ingin melipat tubuh
pada patahan ranting
di wajah embun
pada bising knalpot Mio karbu tetangga
pada kokok ayam yang masih tertahan
pada kabut.

Tolong!
jangan dulu pergi
masih banyak yang belum aku pahami.

Begitu banyak suara
peristiwa
benda
dan cahaya
yang gagal menjadi puisi.

Benarkah kita hanya sekilas kejadian
yang dibentuk nasib sendiri?

Apakah nasib sedemikian sadis
hingga tega
merenggut segalanya
perlahan-lahan
misal rutinitas, pekerjaan, dan (bahkan) pertemanan
seperti kabut yang bergerombol di halaman belakang?

Sekali lagi
aku ingin melipat tubuh
pada sebiji puisi
perihal kabut
dan ayat-ayat
yang gagal kuimani.

Gusti
matur nuwun
untuk serbuan kabut
pagi ini.

Dalem Solo, 2025

Djuminten
Latest posts by Djuminten (see all)
0Shares

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *