Jamu di Punggung Waktu

Jamu di Punggung Waktu

Ibu muda membawa punggung harapan,
Dalam gentong kecil, ramuannya bernyanyi.
Langkahnya setia menyusuri pagi,
Memberi sembuh pada jiwa yang letih,
Menawar sakit dengan senyuman lembut.
 
Tahun bergulir, gentongnya tetap setia,
Namun bayang depo berdiri megah.
Online shop datang, membawa kemilau maya,
Jamu di punggungnya mulai merintih,
Tersingkir perlahan, oleh zaman yang dingin.
 
Kini tubuh renta, jalan tetap ia lalui,
Dalam ramuan itu, hidupnya terpintal.
Setiap tetes adalah kasihnya,
Namun dunia tak lagi mendengar,
Suara jamu yang kini makin redup.
 
Di balik botol kaca, ia menahan pedih,
Ramuan tradisi tersingkir perlahan.
Namun ia tetap berdiri, penuh setia,
Meski bayang masa depan kian buram,
Ia tahu, jamunya adalah warisan jiwa.
 
Nenek tua, jamu di punggungnya adalah cerita,
Dari desa ke kota, ia membawa masa lalu.
Meski ancaman terus menyergap langkahnya,
Ia tetap berjalan, meski tak terlihat dunia,
Menjadi penjaga tradisi yang hampir sirna.
 
Brebes, 22 Desember 2024

Jamaludin
Latest posts by Jamaludin (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *