Goyangan Puisi Maut untuk Maha Seksi

Goyangan Puisi Maut untuk Maha Seksi

ibu bete-mut di tanggal tua
gugur dalam peperangan yang tak tampak,
seperti kucing buta yang berkelahi dengan bayangan sendiri,
terperangkap dalam kubus kaca yang menghalangi jalan keluar,
karena wangsit goyangan puisi maut
yang belum juga datang,
dipentaskan di depan Maha Seksi yang berkedip

bapak di sudut lain,
asyik dengan video viral,
“gini lho caranya, goyang dribel dulu baru goyang obor”,
seperti astronot latihan dance di luar angkasa,
ibu terjebak dalam perangkap kebosanan,
nabok keras bapak yang terjebak dalam beban hidup
obesitas karena malas berlari mengejar pelangi—
“nggak gitu juga konsepnya, gobl*k!”
seperti berdebat dengan dinding yang tak pernah menjawab

bapak tetap tenggelam dalam layar ponselnya,
sementara ibu, yang terbenam dalam badai bete-mut,
terus misuh-misuh sambil menelan pil KB
(kehidupan brengsek) yang menyusup seperti racun,
menggenakan pakaian warna-warni,
mencoba mengulangi cinta remaja yang tak lagi bisa menangis,
di mana ujian terberat adalah kangen yang tak kunjung lulus
tengah hari,
ibu melempar ledakan petir ke dalam kolam cokelat,
racun yang ragu memberikan kebahagiaan,
wajah mantan pacar yang tak kunjung terlupa,
hal-hal asing yang berkeliaran di toples permintaan,
senja berusia cemas,
menunduk dalam kehampaan yang semakin meluas,
seperti lubang hitam yang menelan segala cahaya

ibu geleng-geleng
melihat bapak tenggelam dalam riuh klimaks emosinya sendiri,
lalu ibu baringkan tubuhnya,
menutup mata dengan doa,
untuk Maha Seksi,
berharap akhir yang beku datang menyapu
segala kerapuhan yang hancur

Sungai Sirah Pilubang, 14 November 2024

Palito
Latest posts by Palito (see all)
0Shares

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *