Tulisan adalah buah perasaan yang ada di dalam hati. Menulis karya sastra dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengurangi beban di dalam hati yang barangkali tidak tersampaikan secara lisan. Dengan puisi, kamu bebas berimajinasi selayaknya dirimu di negeri dongeng. Kamu bisa menjadi tokoh utama yang menjadi raja yang bijaksana dan dapat memerintah rakyatnya dengan baik atau menjadi seorang penyihir jahat yang ingin membunuh semua orang tidak bersalah di muka bumi. Dunia dongeng itu sangat luas, bahkan tidak terbatas. Kamu selalu bisa mengajak siapapun untuk bergabung denganmu, membebaskan dan memerdekakan diri di dalam sebuah sajak atau narasi yang kamu tuliskan.
Fitri Nganthi Wani merupakan anak perempuan dari seorang aktivis terkenal yang hingga kini kejelasan kabarnya masih belum jelas. Ia menulis sajak dengan bertemakan kritik sosial pemerintahan dengan sudut pandang perempuan yang lemah. Tidak hanya itu, topik tentang luka, cinta, duka, hingga keluarga tersaji juga dalam kumpulan puisi ini. Tidak banyak yang tahu jika seorang Wiji Thukul memiliki anak perempuan yang menurunkan bakat dari dirinya. Gaya Bahasa dan isu yang diangkat tidak jauh berbeda. Seperti kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ketika seseorang menulis, seseorang itu tidak akan pernah benar-benar menghilang.
Tidak sedikit penyair perempuan Indonesia yang namanya naik karena karya-karya sastranya yang bertema feminisme. Cerita yang menceritakan perempuan yang merasa ketika ia hidup di dunia, ia hanya berada di bawah laki-laki sehingga hal itu menimbulkan berbagai pergerakan dari kaum perempuan. Contohnya dengan menulis sajak kemudian dipublikasikan, mereka merasa bahwa apa yang ia lakukan sudah tepat. Daripada harus terus terdiam kemudian padam, maka melawan adalah satu-satunya pilihan. Ketika menulis puisi, emosi hingga bayangan masa lalu turut membangun sebuah proses yang pada akhirnya akan menjadi sebuah hasil. Menulis tidak bisa dipisahkan dari perasaan hati dan emosi, jika penulis ingin menyampaikan apa yang ia rasakan, larutlah sedalam-dalamnya ke dalam puisi yang akan diciptakan, setidaknya para pembaca ikut berendam walau masih menyentuh permukaan.
Ketika membaca buku kumpulan puisi “Jangan Mati Sebelum Berguna” kamu tidak hanya akan menemukan puisi saja, namun ada sajak dan kata-kata motivasi. Penulis mengatakan bahwa ia menulis kata-kata itu untuk dirinya sendiri, apabila kamu merasa, maka kamu adalah aku. Membaca sebuah bacaan yang barangkali sama dengan pengalaman hidup kita, pastinya akan menambah minat membaca. Maka dari itu, penyair-penyair sering kalimengambil ide karya dari pengalaman hidupnya.
Salah satu puisi dalam buku ini yang menurut saya paling mewakilkan semua isi buku adalah “painkiller (1)”. Seluruh masyarakat di Indonesia mungkin bertanya, kira-kira seperti apa perasaan anak yang ditinggalkan tanpa jejak oleh bapaknya sendiri. Puisi tersebut berisi sebagai berikut.
PAINKILLER (1) Aku hanyalah tubuh Dengan sel-sel yang bergerak Seolah hidup Tapi aku sudah lama mati Dirajam situasi Dipenggal keadaan Dalam waktu penantianku Aku melihat cumbu malaikat surga Aku ingin pulang Namun Tuhan jahat Ia menanam kotak kecil Yang berisi kunci rumah abadiku Pada tanah teka-teki bapakku 22 Juni 2014
Penulis menyampaikan bahwa dirinya seolah hidup, namun sudah lama mati. Manusia yang hari demi harinya dipaksa untuk terus hidup dengan tekanan yang tinggi. Lama kelamaan pun akan lelah pada masanya, rasa ingin pulang ke Tuhan pasti ada, namun bagaimana cara seseorang agar selalu dapat bertahan dalam kondisi seperti itu. Hingga dirajam situasi dipenggal keadaan, artinya adalah cobaan yang dia dapati terlalu bertubi-tubi. Ketidakpastian dan ketidaktahuan adalah salah satu derita yang paling sakit dalam hidup. Manusia tidak akan selalu tenang sebelum ia mendapatkan kepastian dalam pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab.
Selain itu, buku ini dapat dikaji dari kajian psikologi lebih lanjut, puisi dengan judul “perempuan yang dikorbankan”. Puisi tersebut termasuk ke dalam feminisme aliran eksistensial. Maksud dari aliran feminisme eksistensial adalah alasan perempuan direndahkan dari laki-laki yaitu karena reproduksi. Di bawah ini adalah puisi tersebut.
Perempuan-perempuan yang dikorbankan Otaknya adalah kalkulator Bertahan teliti dan penuh perhitungan Mereka pernah berperang Melawan keroyokan dunia yang munafik Dunia yang suka memaksa Namun durhaka pada waktunya Perempuan perempuan yang dikorbankan Menjadi ibu dari banyak bayi Bayi dari rahimnya sendiri Bayi dari rahim mertuanya Bayi dari rahim perempuan lain
Selain beranggapan bahwa perempuan ditindas karena reproduksi, aliran feminisme eksistensial juga berpikiran bahwa sebagai perempuan harus menolak segala perlakuan kejam serta hal yang tidak memberikan kebebasan atas hak-hak yang berpotensi menghilangkan eksistensi perempuan sebagai manusia, meskipun itu berdasarkan nilai kebudayaan, keadaan sosial, dan yang lainnya. Perempuan harus berani melawan untuk memperjuangkan harga dirinya sebagai seorang manusia.
Hal tersebut selaras dengan isi puisi “Perempuan yang dikorbankan”. Menurut saya, Fitri Nganthi Wani menggambarkan perjuangan sebagai perempuan terkhusus saat menjadi seorang ibu.
Sebenarnya, masih banyak sekali hal yang dapat ditelusuri lebih lanjut dari berbagai puisi “Jangan Mati Sebelum Berguna” karena tidak akan ada habisnya membahas sastra, terutama sajak.
Terakhir, salah satu kutipan yang menurut saya menarik di kumpulan buku puisi ini adalah “Kamu tidak ringkih. Kamu tidak buruk. Kamu adalah sebuah kekuatan besar yang masih tertunda.” Kata-kata ini dapat menjadi pegangan atau motivasi bagi semua orang yang pernah hancur karena tidak selamanya hidup akan selalu berantakan. Suatu saat, akan ada terang sehabis gelap. Kehendak Tuhan akan menunjukan hal itu akan seperti apa. Sebagai manusia, hanya menunggu yang dibisa. Saya pun percaya, suatu saat nanti kasus Wiji Thukul akan terungkap. Entah kapan, namun pasti.