Kita, perang tak kunjung lerai. Pecahan poyektil dan serak selongsong peluru bercampur keringat dan darah yang terus menetes itu. Sebelum turun, satu per satu, embun dari ranting zaitun. Tetapi malam baru dirancang untuk dibangun. Kau mau menunggu? Sebentar, aku dengar arabesques no. 1. Namun, setelah itu pun kita hanya bisa saling menghibur, meredakan segala yang terlalu mendebur di antara gerimis yang nyaris kalis, dan petang yang belum lengkap jadi malam. Di luaran, masih mendesak kumandang. Dalam diri, belum rapi lagi lempang. Selalu, seperti ada yang tak mau selesai. 2023
Latest posts by Dedy Tri Riyadi (see all)
- Ada Kalanya - 25 Mei 2024
- Debussy Setelah Enam Petang - 9 Desember 2023
- Kamera - 2 September 2023