Rekayasa Buah adalah kumpulan cerita pendek kedua Rio Johan, penulis muda berbakat, yang bertemakan sains fiksi dan dunia futuristik masa depan. Rio Johan sendiri telah menerbitkan beberapa buku dan meraih penghargaan bergengsi dalam dunia sastra Indonesia, salah satunya Kusala Sastra Khatulistiwa pada 2018 untuk kategori karya pertama dan kedua. Rio Johan sang pengarang buku hebat yang berasal dari Indonesia,kali ini Rio Johan mengeluarkan buku kumpulan cerpen yang berjudul Rekayasa Buah. Buku ini sangatlah diinginkan dan diharapkan oleh para pembaca setia Rio Johan. Dengan buku barunya yang berjudul Rekayasa Buah ini, pastinya kamu akan kembali terpukau dengan gaya penulisan yang luar biasa dari Rio Johan.
Kumpulan cerita pendek Rekayasa Buah didalamnya menceritakan mengenai seorang insinyur rekayasa buah berambisi merancang 1000 varian beri, dua insinyur muda berlomba mencuri perhatian seorang gadis cantik melalui rancangan-rancangan buah naga yang baru, seorang insinyur lain diteror oleh buah ceri penumbuh inspirasi yang dirancangnya sendiri, lantas ada cerita tentang betapa repotnya urusan menciptakan buah penyembuh segala penyakit, dan ada juga cerita tentang seorang bintang iklan holografis yang terobsesi menggunakan buah-buahan kosmetik. Kesepuluh dongeng futuristik di buku ini tak hanya bicara tentang betapa ajaibnya buah-buahan, tapi juga tentang betapa ajaibnya nama dan bahasa, juga tentang betapa sesuatu yang serius bisa begitu konyol dan secara bersamaan sesuatu yang konyol bisa begitu serius. Secara singkat, semua cerita berkisar pada Korporasi Hayati dan para insinyurnya. Para insinyur ini, meskipun pandai merekayasa buah yang banyak jenisnya tetap tunduk pada Dewan Utama Korporasi dengan segala tuturnya yang harus diamini.
Pemilihan judul Rekayasa Buah oleh si pengarang karena mencerminkan inti dari tema yang diangkat dalam buku ini, yaitu perpaduan antara sains dan kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif. Judul ini tidak hanya menggambarkan proses teknis dari pengembangan buah buatan, tetapi juga menggugah rasa ingin tahu pembaca tentang bagaimana ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk merancang dan mengubah alam. Rekayasa Buah juga memberikan kesan futuristik dan modern, yang sesuai dengan gaya dan nuansa cerita yang dibawakan oleh pengarang.
Selain itu, pemilihan judul ini diharapkan dapat menarik perhatian pembaca yang tertarik pada isu-isu ilmiah dan teknologi, sekaligus menawarkan pandangan segar dan unik tentang potensi luar biasa dari rekayasa genetika dan bioteknologi. Dengan demikian, judul ini diharapkan mampu menggambarkan esensi cerita sekaligus menarik minat berbagai kalangan pembaca.
“Tapi dengar dulu kelanjutan ceritanya, duhai Luna-Duma yang manis,” rayu Symkampret itu, “dari tubuh naga yang sudah ter- baring tanpa nyawa itu, darah mengalir, mengalir, mengalir, membasahi lembah, menyerap masuk ke dalam pori-pori tanahnya, dan merembesi akar-akar pohon pepaya yang tumbuh di sekitar. Pohon-pohon pepaya itulah yang kemudian berubah menjadi sejenis tanaman baru yang kemudian menghasilkan buah dracapaya ini.” (Johan, 2021:22).
“Bo-boleh… tapi, tapi saya punya cerita dulu,” dan Joni Fulan pun memulai, “jadi, jadi, begini, pernah ada seekor naga yang… ekornya amat panjang. Ketimbang bersarang, naga ini terbang dari satu belahan dunia ke belahan dunia lain, seperti burung-burung. Nah, suatu hari di tengah perjalanannya, naga ini kelaparan. Mendaratlah dia di atap menara tertinggi sebuah kastel dengan ekor panjangnya melingkari, melilit-lilit dinding kastel tersebut. Nah, di puncak menara tertinggi kastel tersebut tinggallah putri semata wayang sang raja.” (Johan, 2021:24).
“Ya ampun! Naga itu akan memakan sang putri raja?”
Sial betul! Tahu dari mana Luna-Duma arah ceritanya? Tapi, sebelum keringatnya meluncur dan bercucur dari dahinya, Joni Fulan berpikir cepat dan mengarang satu jalan cerita baru, “bu-bukan, bukan. Na-naga itu bukan naga jahat, sama sekali bukan naga jahat. Betul memang dia kelaparan, tapi dia tidak akan sampai hati memakan manusia untuk memuaskan laparnya, di-dia bahkan tidak pernah makan makhluk hidup sama sekali. Na-naga ini, naga ini… dia cuma makan buah-buahan.” (Johan, 2021:24).
Dalam cerpen Rekayasa Buah bagaikan sebuah pintu gerbang menuju dunia futuristik yang sarat dengan imajinasi dan kritik sosial. Di balik narasi yang jenaka dan penuh kejutan, tersembunyi berbagai pertanyaan mendalam mengenai batas-batas sains, makna eksistensi manusia, dan hubungannya dengan alam. Rio Johan yang mampu mengeksplorasi kedalaman emosi manusia melalui cerita-ceritanya, membawa kita ke dunia yang penuh misteri dan keajaiban melalui karya-karyanya. Dalam karya-karyanya, tema fantasi buah kerap menjadi pusat cerita yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh.
“Isinya dari buah hasil rekayasa?” tanya sang insinyur, dan dia langsung merasa pertanyaan tersebut naif dan lugu; sudah pasti da ging buah yang dikubur di dalam cangkang-cangkang cokelat ini dari jenis yang alami, yang sesuai dengan legenda. (Johan, 2021:14).
“Bukan, tentu saja bukan, Anda pikir jenis yang mana yang akan digunakan maestro gastronomi sekelas dia?” jawab anggota dewan yang sama, “tetapi tenang saja, varian buah prombom yang sudah dire kayasa telah dilempar juga di pasar-pasar yang lebih umum, dengan harga lebih murah, lebih terjangkau, jadi orang-orang yang tidak bisa menikmati kualitas yang ini,” sang anggota dewan dengan gencar mengeruk lapisan-lapisan cangkang cokelat dan menunjukkan daging bulat buah prombom yang putih berkilau-kilau di dalamnya, “mereka bisa dipuaskan dengan kualitas yang satunya lagi. (Johan, 2021:15).
Cerpen Rekayasa Buah merupakan karya sastra yang menarik dan penuh fantasi. Namun jika membahas bahasa yang digunakan dalam cerita ini, ada beberapa hal yang perlu dikritisi. Salah satu ciri yang mencolok adalah penggunaan bahasa yang terkadang tidak konsisten dan tidak mencerminkan karakteristik tokoh dan latar pengarang. Cerpen ini terkadang menggunakan bahasa yang terlalu formal dan kaku, sehingga membuat alur cerita terasa terhambat dan sulit dinikmati. Sebagai contoh, dalam beberapa dialog antar tokoh, penggunaan bahasa yang formal ini tidak sesuai dengan situasi dan konteks cerita yang seharusnya lebih santai dan natural.
“SALAM HANGAT DARI KORPORASI HAYATI.”
Seorang laki-laki tua mendengar suara tersebut. Dia baru saja keluar dari kereta-terbang dan tiba di keramaian pusat suatu mega- politan; tentu saja dia bukan satu-satunya orang yang mendengar suara tersebut, tapi boleh dibilang dialah sedikit atau satu-satunya yang terpengaruh sedemikian rupa. Tubuhnya berputar di tempat dan dia perhatikan sekeliling struktur-struktur yang menjulang ting- gi, sebagian menyentuh tanah sebagian melayang-layang, dan dia temukan sumber sang suara, sang ajakan, sang rayuan. (Johan, 2021:203).
Dia kembali ke apartemennya dan kembali merenungkan kembali pilihan yang sudah berkali-kali dia timbang-timbang pada paruh akhir perjalanan
panjangnya: dia ingin melakukan eutanasia. Beberapa rekan kerjanya yang sudah pensiun sudah melakukan eutanasia atau mendaftar dan tinggal menunggu giliran: itu pilihan yang mulai populer di kalangan tua, terutama yang hidup sendirian seperti dirinya. (Johan, 2021:217).
Mengenai Alur di cerpen Rekayasa Buah ini menawarkan titik awal yang menarik dan baru, dimana latar belakang rekayasa genetika dibahas dalam sebuah cerita fiksi pendek. Namun, terdapat beberapa konflik dalam cerita yang sering kali konflik tersebut terkesan terlalu berlebihan, mudah, dan juga kurang menantang. Pengarang juga tampaknya lebih tertarik mengeksplorasi ide-ide ilmiahnya dibandingkan membangun ketegangan dan klimaks cerita yang kuat. Akibatnya, pembaca mungkin berpikir bahwa cerita ini tidak mampu menjadi cerita yang mendalam dan menarik.
LUMRAH SAJA APABILA SEORANG insinyur rekayasa buah mengalami masa-masa gersang inspirasi layaknya seorang seniman. Kwodvide, salah satu insinyur rekayasa buah senior pernah me rancang sesuatu untuk memecahkan masalah ini: satu buah-buahan yang dinamainya visiceri, alias ceri inspirasi. (Johan, 2021:83).
Sisipan sandi-sandi “kata-kata-yang-tidak-pada-tempatnya” ini muncul di empat abstrak lainnya: di abstrak tentang buah kembar abracadabran abecedarian ditemukan “invasi”, “inagurasi”, “pe- nguasaan”, “pencarian inang”, “sebelum-yang” (2x), “simbiosis-pa- rasitisme”; tentang perancangan buah ingus-sceremus ditemukan “invasi”, “penetrasi-isi-tengkorak”, “masuk masuk-masuk-kepala”; tentang buah lumpenpromquat ada “merajai”, “hayatinvasi” “meng- genggam”, “menduduki”, “mencengkeram”, “memegang tampuk”, “terjadi” (2x), “merebut”, “mendominasi”; dan terakhir tentang buah aneh bernama titan-jambiah ditemukan “melalau”, “membancang”, “preventif protektif”, “lebih-buruk” (2x). (Johan, 2021:87).
Satu hal yang luput dari aparat berwajib: bahwa tak semua tanam an hasil rekayasa sang insinyur di sarang persembunyiannya hangus. Satu buah berwarna putih serupa ceri, entah bagaimana, tergeletak di tanah dua atau tiga langkah kaki saja jauhnya dari sarang persem bunyian; tidak salah lagi itulah buah visiceri. Tak lama setelah aparat meninggalkan pulau itu, seorang tua ringkih dan kumuh memungut dan menelan buah ceri tersebut. Apa yang bisa visiceri rencanakan dengan pikiran orang tua dari pulau terpencil itu, tak ada yang tahu Jangan remehkan! Siapa tahu, ‘kan?. (Johan, 2021:106).
Cerpen Rekaya Buah ini juga cenderung menyajikan informasi dengan cara yang terlalu ilustratif tanpa memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menemukan dan menarik kesimpulan informasi untuk si pembaca. Hal ini dapat mengurangi ketertarikan dan kejutan cerita, karena pembaca merasa bahwa mereka “diberitahu” daripada “ditunjukkan” apa yang terjadi dalam cerita. Secara keseluruhan, cerpen karya Rio Johan ini memiliki konsep yang menarik dan potensi yang besar. Plot, struktur cerita yang buruk, penyelesaian konflik yang mudah, dan eksposisi yang berlebihan adalah beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Rio Johan perlu lebih fokus pada pengembangan karakter, ketegangan, dan pengemasan informasi agar cerita ini mencapai potensinya sebagai fiksi yang memikat dan memuaskan pembaca.
Cerita-cerita dalam Rekayasa Buah memperkenalkan pembaca kepada berbagai teknologi dan ide-ide futuristik. Hal ini membuka cakrawala pengetahuan dan memperkaya perspektif pembaca tentang dunia di masa depan. Rekayasa Buah merupakan contoh karya sastra yang unik dan inovatif.
Ada satu anekdot yang sudah terkenal di penjuru Korporasi Hayati yang rasa rasanya tepat untuk menjelaskan betapa nyentrik (dan anehnya) nama buah buahan Insinyur Poli Patho: seindah, senikmat, dan seadiluhung apa pun buah buahan yang dirancangnya, nama yang disematkan kepada mereka lebih serupa ancaman yang setara dengan gonore atau raja singa. (Johan, 2021:109).
“Bukan, bukan demikian, tapi suatu hari saya bermimpi muntah- muntah nanah hitam. Nah, mimpi itulah inspirasi di balik buah- buahan ini.” (Johan, 2021:110).
Beberapa nama-nama buah lainnya yang pernah diajukan insi nyur Poli Patho, misalnya: proktotensi (yang menurut sang insinyur bisa diartikan baik sebagai “tekanan pada liang pantat maupun “pan- tat yang tertekan”), urstaksis (“kencing yang menetes-netes”, dan dia mengaku ini nama yang harafiah sebab ketika merancang buah terse but dia sering menahan dorongan buang air kecil dan akibatnya cela-na laboratoriumnya ditetes-tetesin air kemih), viskeroplogia (“ke-lumpuhan organ internal”, harafiah, sama seperti yang sebelumnya, sebab satu kali ketika mengerjakan buah tersebut dia merasa begitu lemah, seakan-akan isi tubuhnya membeku, berhenti bekerja), splanchnorrheksis (“usus pecah berkeping-keping”, satu dari lusinan nama yang didapatkan dari mimpi buruknya) kesemuanya, tentu saja, diganti oleh dewan utama Korporasi Hayati. (Johan, 2021:111).
Kelemahan yang dapat ditemukan adalah kurangnya pendalaman karakter. Selain itu, beberapa cerita memiliki makna yang ambigu dan terbuka untuk interpretasi, yang dapat membingungkan bagi beberapa pembaca. Dengan kurangnya pendalaman karakter dan plot pada karakter dan plot cerita terasa kurang mendalam. Hal ini dapat membuat cerita terasa terburu-buru dan kurang meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.
Membaca cerpen Rekayasa Buah karya Rio Johan menawarkan sejumlah kelebihan yang membuatnya layak dinikmati oleh berbagai kalangan pembaca. Cerpen ini tidak hanya menghibur dengan alur cerita yang menarik dan imajinatif, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep ilmiah yang menggugah pemikiran kritis dan kreativitas. Dengan gaya penulisan yang unik dan deskriptif, Rio Johan berhasil membawa pembaca ke dalam dunia di mana sains dan fantasi bertemu, sehingga menginspirasi pembaca untuk berpikir di luar batasan konvensional. Rekayasa Buah juga mengandung pesan moral dan filosofis tentang etika rekayasa genetika, dampak teknologi pada alam, dan tanggung jawab manusia dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan demikian, cerpen ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memperkaya wawasan dan memberikan sudut pandang baru tentang potensi dan tantangan di era teknologi modern.