LiveZoom—Genitri Indonesia melaksanakan acara bedah buku “SuperZizi” melalui aplikasi Zoom yang dihadiri oleh berbagai macam peserta yang ada di seluruh Indonesia. Acara dilaksanakan pada hari Selasa, (25/10/2022) pukul 19.30 WIB.
Buku yang ditulis oleh Indra Intisa (Ompi) pada tahun 2020 ini, merupakan sebuah buku yang berisi dialog antara orang tua dan anak. Buku disusun dalam rentang waktu 2015—2020, menyesuikan rentang lahir dan tumbuh kembang anaknya sampai umur lima tahun.
Shiny Ane El’poesya yang didapuk sebagai salah satu pemateri mengatakan bahwa buku SuperZizi sangat menarik, karena di Indonesia jarang seorang penulis yang menulis full satu buku yang bercerita atau mengambil objek seorang anaknya. Kalaupun ada, biasanya rata-rata komikus, cerpenis, di majalah anak atau remaja.
“Ketika saya membaca keseluruhan, ada tiga dimensi yang menarik, pertama: unsur psikologis anak sangat kuat, memotret perilaku anak terutama perilaku komunikasi. Perkembangan anak di usia itu sangat identik dengan perkembangan bicara anak. Itu sangat mewarnai dan kental sekali. Sangat cocok dijadikan bahan kajian psikologi,” jelasnya.
“Kedua, sangat cocok dibaca oleh orang-orang yang baru menikah dan ingin punya anak. Karna bisa memberikan gambaran begitu uniknya seorang anak manusia ketika mengalami fase perkembangan berbicara dan rasa ingin tahu sangat kencang dan mulai mempertanyakan dunia di sekitarnya.”
Kemudian menurut Shiny, aspek yang menonjol berikutnya adalah aspek filosofis dari puisi-puisi SuperZizi. Hal itu tercermin dari dialog-dialog yang muncul oleh si anak.
“Kalau mau ingin menjadi filsuf itu, harus bisa seperti anak-anak yang mau mempertanyakan ulang segala hal segala sesuatu yang seakan-seakan tidak mengetahui apa-apa. Dia ingin tahu mengetahui semuanya. Dan itu sangat tercermin sekali dalam dialog-dialog SuperZizi. Zizi ini di dalam naskah sangat mewakili prototype manusia yang memang tabiatnya selalu berfilsafat untuk mencari tahu kebenaran.”
Lalu menurutnya, buku SuperZizi juga terdiri dari berbagai macam eksperimen seperti ekplorasi bentuk pada puisi. Itu terdapat di beberapa puisinya yang memakai struktur gurindam tetapi dijadikan sebuah dialog. Kemudian, juga ada pergeseran tradisi mbeling.
“Selain itu, dialog banyak muncul di sini dalam sikap-sikap mbeling. Ini juga menggeser tradisi-tradisi mbeling yang ada. Jokpin mengubahnya dalam bentuk narasi dan Ompi mengubahnya menjadi dialog. Kemudian ada juga dialog dalam pola dan struktur yang dibangun dengan bentuk gurindam.”
Pskilog dan Pemerhati Anak Fara Diba ketika membaca buku SuperZizi, ada beberapa aspek yang ia temukan ketika membaca buku SuperZizi, yaitu aspek fisik motorik, aspek kognitif, dan aspek sosial.
“Ada banyak aspek fisik motorik halus dan kasar di dalam buku ini, karena ada wujud foto dan kalimat verbal yang dijelaskan. Ada juga aspek kognitif, cara berbahasa, cara menyampaikan, cara kata kalimat anak ke ayah. Sebaliknya ayah menyampaikan ke anaknya. Dari sini ada aspek kognitif masuk dalam psikologi perkembangan anak, masuk ke dalam puisi ini,” terangnya.
“Ada juga aspek sosial emosional anak. Anak mengenal ngambek, malu, sedih, dan bahagia yang bisa diungkapkan oleh anak. Kemudian aspek budi pekerti dan akhlaq. Jadi ini include-nya bagus sekali.”
Kemudian lanjutnya, “Ada kasih sayang yang besar dari ayah dan bundanya untuk si Zizi. Itu bisa menterapi pembaca. Buku ini sudah memenuhi perkembangan anak di usia dini.”
Fara Diba juga berharap ke depannya ada lanjutan dari karya SuperZizi, bagaimana tumbuh kembangnya selepas masa balita dan anak-anak.
Acara bedah buku kali ini sangat meriah dan unik. Selain dipandu oleh moderator yang lincah dan ramai dalam memandu, Anggit, juga menampilkan beberapa pembaca puisi dari kalangan dewasa dan anak-anak seperti Ides dan Nona Sendu dari kalangan dewasa. Kemudian dari kalangan remaja dan anak-anak, seperti Padityan Syumabindar Riswibowo yang masih berumur 6 tahun, Eka Putri Khoerunnisa berumur 9 tahun dan juga Nabila Oktapiyana berumur 12 tahun. Pada kesempatan tersebut, salah seorang peserta yang juga penyair, Ki Pujo, juga turut meramaikan membaca salah satu puisi dari buku SuperZizi.
Acara semakin spesial ketika salah satu peserta tamu yang juga sebagai professor, dosen di Universitas Islam Malang, Effendi Kadarisman, memberikan wejangan dan tambahan materi terkait linguistik, ilmu bahasa.
“Ompi itu hebatnya, sebagai penyair, masuk ke dunia anak-anak, kemudian menciptakan, dan melihat dunia ini sebagai dunia anak-anak. Yang dilakukan Ompi ini, kreativitas, di atas kreativitas, di atas kreativitas,” pujinya. (Redaksi)
- Tempo Umumkan Pemenang Buku Sastra Pilihan 2024 - 26 Januari 2025
- Inilah 3 Besar Buku Sastra Pilihan Tempo 2024: Siapa yang Akan Jadi Juara? - 23 Januari 2025
- Titan Sadewo: Menulis Kematian, Menghidupkan Puisi - 14 Desember 2024
Pingback: Hidangan - OmpiOmpi.Com
Pingback: Perform Baca Puisi dalam Bedah Buku SuperZizi - OmpiOmpi.com