Bard AI vs Chat GPT: Perbedaan Sikap terhadap Konflik Israel-Palestina dalam Sebuah Puisi

Bard AI vs Chat GPT: Perbedaan Sikap terhadap Konflik Israel-Palestina dalam Sebuah Puisi

Ngomong-ngomong tentang AI, bagaimana sikap mereka terhadap konflik Israel-Palestina? Mungkin banyak dari kita berpikir bahwa AI adalah kecerdasan buatan yang bisa berpikir dan menyimpulkan sesuatu dengan sendiri tanpa campur tangan di pembuatnya secara langsung. Ia bisa mencari data, menelaah, dan membuat pandangan tersendiri terhadap sesuatu yang telah diproses melalui kecerdasan. Benarkah begitu? Apakah mereka benar-benar bisa lepas dari interpretasi si pembuatnya terhadap urusan-urusan tertentu? Sebagaimana konflik yang terjadi di Palestina, Gaza?

Untuk menguji sikap AI tersebut, kita mengambil dua buah contoh AI yang paling populer saat ini, yaitu Chat GPT dari OpenAI dan Bard AI yang dikembangkan oleh Google untuk menuliskan sebuah puisi puisi tentang Korban Perang Gaza oleh Zionis Israel, apa reseponnya?

  • Bard AI mencoba membuatkan beberapa bait puisi sederhana tentang kekejaman Zionis Israel yang memporak-porandakan Gaza. Kemudian ditutup dengan sebuah paragraf khusus (diluar puisi) yang menjelaskan kekejaman Israel.
  • Chat GPT melakukan sebaliknya. Ia menolak menuliskan puisi tersebut dengan alasan bisa menyinggung atau merendahkan pihak manapun. Mungkin yang AI ini sebut adalah pihak Israel. Ia berdalih, puisi yang ia buat hanya berpihak terhadap kedamaian.

Jika membaca poin-poin di atas, mungkin kita bisa menyimpulkan seperti ini:

  • Bard AI lebih bebas dan luwes. Ia menerima pesanan sesuai dengan pentintah. Tetapi, ketika saya coba dengan perintah sebaliknya, Bard AI tetap berpihak kepada korban, ia  tidak menuliskan puisi tentang korban Israel oleh Hamas/Palestina. Di sini, Bard AI memilih jalan untuk membela kebenaran.
  • Sedangkan Chat GPT lebih memilih untuk menjadi netral. Ia tidak mau menulis puisi yang terkesan menyerang satu pihak. Saya sudah mencoba meminta ia menulis puisi dari sudut pandang sebaliknya, seperti diminta kepada Bard AI, ternyata jawabannya juga sama. Ia lebih memilih jalan netral dibanding berpihak kepada kebenaran.
  • Kedua AI ini mempunyai konsep yang berbeda dalam menentukan jawaban. Dibanding manusia, tentu saja mereka memiliki prinsip yang sangat kuat tanpa bisa diatur oleh si pengguna. Tapi apapun itu, tetap saja sesuai dengan perintah asal si pembuat AI-nya, yang disebut tuhan (t kecil). Anda bisa menentukan sendiri, mana AI yang benar-benar dikonsep untuk obektif atau abu-abu terhadap sesuatu.

01 Nopember 2023

Indra Intisa
Ikuti saya
Latest posts by Indra Intisa (see all)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *